Araster melirik jam yang melingkar dilengan kirinya sekilas,"Waktu kita tersisa 10 menit", jawabnya,lalu kembali berkutat dengan ponsel ditangannya yang kini menyala,menampilkan sederet pesan dari nomer tak dikenal.
"Bagaimana keadaan Queen?"
"Sudah jauh lebih baik"
Gafrieel meletakkan sikutnya pada jendela mobil,membiarkan tangan kirinya yang memegang kemudi mobil. Melirik Araster sekilas sebelum akhirnya memilih untuk buka suara,"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Axe dan Queen,mengenai penyusup suruhan Grandpa".
Tidak ada sahutan apapun dari pria disampingnya yang membuat Gafrieel menghela nafas perlahan,tidak lama dari itu mobil Knight XV yang mereka kendarai berhenti didepan sebuah gedung tua,terletak dipelosok kota Washington.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kuharap kau tidak menghalangi target",ujar Araster datar, mengeluarkan dua buah tas berukuran sedang dari bagasi,kemudian melangkah kedalam gedung seraya bersenandung kecil.
Sementara Gafrieel memilih untuk menyalakan sebatang rokok yang sedari tadi ia selipkan disamping telinga,lalu bersandar pada pintu mobil dengan sebalah tangan berada dibalik saku jeans yang ia kenakan.
Untuk kesekian kalinya Gafrieel menendang kerikil-kerikil dibawah pijakannya,merasa bosan karna yang ditunggu tidak kunjung menampakkan batang hidung,akhirnya ia melangkah hendak memasuki gedung,namun pada langkah kelima suara derum mesin mobil terdengar yang sontak membuatnya tersenyum miring,kemudian membalikkan tubuh.
Dari jarak kurang dari 10 meter,tampak seorang pria yang bisa diperkirakan berusia pertengahan 50 tahun keluar dari mobil yang dikawal oleh beberapa orang berpakaian serba hitam.
"Mavros",Gafrieel menjulurkan sebelah tangannya setelah berdiri didepan pria tua yang kini menampilkan senyum ramah.
"Tom Blinken"
"Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan seorang pemimpin seperti Anda",ujarnya seraya membungkuk beberapa detik,membuat pria itu reflek menepuk bahu Gafrieel pelan.
"Senang karna kau menerima tawaran kerjasama dariku,ahh, bukankah harusnya kita mulai sekarang?"
"Tentu,tapi sebelumnya aku perlu memastikan apakah bayaran ku sudah disiapkan?"
Tom melirik pria yang berdiri disampingnya sekilas kemudian mengangguk seraya tersenyum,"Aku tidak akan melupakannya nak,tenang saja",ujarnya disertai kekehan.
"Senang mendengarnya", Gafrieel membuang puntung rokok ditangan kirinya kesembarang arah,kemudian berbalik melangkah kearah mobil miliknya yang terparkir tepat didepan gedung,"9 orang,kurasa kali ini aku tidak salah menghitung",ucapnya pelan,mengambil ponsel miliknya yang tergeletak dijok belakang kemudian kembali berjalan menghampiri tom dan anak buahnya.
"Jika saja dia tidak licik, mungkin aku tidak akan menghabisinya dengan cara seperti ini",ujar tom dengan tatapan menerawang,membuat Gafrieel yang berdiri didepannya mendongakkan wajah.