'fact'

1.4K 186 22
                                    

Brukkk

"Apa kau merasa benar-benar aman setelah apa yang kau lakukan pada keluargaku?"

Bughh

"Uhukkkk"

"Kau sangat tau bahwa aku tidak pernah memberikan toleransi pada seorang pengkhianat,sekalipun kau sudah ku anggap seperti putra sendiri tidak akan menjamin keselamatanmu"

Bratva,pria itu menggulung lengan kemeja yang ia kenakan hingga sebatas siku, menatap tajam kearah pria dihadapannya yang kini terduduk dilantai sembari memegangi perut.

Dari kejauhan tampak ketujuh prince's berjalan memasuki sebuah gedung tua yang terletak di pelosok kota Meksiko,dimana Bratva berada. Ketujuhnya berjalan dengan wajah datar dan tatapan tajam bak seekor predator yang sedang mengincar mangsa,mengabaikan sapaan dari beberapa orang yang berjaga disekitar gedung itu.

Araster menghisap nikotin ditangannya kemudian menghembuskan asapnya perlahan, seolah sangat menikmati apa yang sedang ia lakukan, berbanding terbalik dengan Azka yang sedari tadi menatap lurus kedepan dengan rahang mengeras bahkan kedua tangannya tampak mengepal disisi tubuhnya.

"Jangan terlalu tegang,kita harus menikmati permainannya",bisik Axel tepat disamping telinga Azka yang membuat pria itu melirik sekilas,lalu beralih pada punggung Gafrieel yang kini berjalan didepannya.

"Aku ingin menghabisinya"

Mendengar ucapan Azka,Aric menoleh kearah kembarannya itu dengan sebelah alis terangkat,"kau tidak sendiri,jadi tenanglah untuk beberapa saat",ucapnya penuh penekanan.

"BRAVO!", Araster berteriak lantang sembari bertepuk tangan.

Semua orang yang berada dilantai 4 gedung tua itu kini membalikkan tubuh,menatap kearah pintu masuk dimana tujuh pria tampan berjalan dengan tatapan dan raut wajah berbeda-beda.

"You lose!"

Aren melangkah maju dengan sebelah tangan memegang sebuah amplop berwarna coklat,"Jake,kau sangat pintar membungkus dirimu",ujarnya disertai kekehan,lalu melemparkan amplop yang sedari tadi ia pegang tepat dihadapan Jake yang kini bersimpuh dilantai karna lagi-lagi mendapat pukulan dari anak buah Bratva.

"Bisa kita mulai dad?"

Bratva melirik Valeenz yang berjalan kearah kursi dipojok ruangan,pria itu memilih duduk dengan santai sembari bersedekap dada,"Ini bagian dad",ujarnya yang langsung mendapat anggukan dari keenam prince.

Cukup lama ruangan itu hening tanpa suara dari siapapun,ketujuh prince's tampak tenang duduk disofa pojok dengan pandangan yang tidak teralihkan sedikitpun dari dua orang pria yang berada ditengah-tengah ruangan.

Bratva berjongkok,mengambil amplop dilantai lalu membukanya,mengeluarkan beberapa lembar foto dan melemparkannya tepat dihadapan Jake yang kini menundukkan kepala.

"Ini kau? Untuk apa kau bertemu dengan Sandra?",ujarnya dengan kedua mata menyipit,lalu kembali melemparkan satu foto lainnya,"Kau membawa istriku pergi bersama Sam? Apa yang sebenarnya kau inginkan,hm?".

Tidak ada sahutan apapun dari Jake,pria itu masih setia dengan kebungkamannya yang membuat Gafrieel mengepalkan kedua tangannya kuat. Melihat seberapa angkuhnya sikap pria itu saat ini membuatnya ingin menghabisi Jake dengan tangannya sendiri. Untungnya Aren yang menyadari perubahan sikap kakak tertuanya itu langsung menepuk bahu Gafrieel berusaha menenangkan, walau sejujurnya rasa ingin menghajar pengkhianat itu kini memenuhi kepalanya.

"Dia tidak pantas mendapat ampunan"

Valeenz melirik kearah Axel yang kini menampakkan smirk halusnya,"kelihatannya kau sangat membenci Jake",ujarnya dengan kekehan.

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang