'meet him'

1.2K 141 38
                                        

"Berapa lama Andeo berada dijerman?"

Valeenz mengedikkan bahunya sekilas,"Entahlah,tapi kurasa dia tidak akan bepergian lama,karna kontraknya untuk merawat Queen berjalan mulai Minggu depan",ujarnya seraya memasukkan sepotong cake kedalam mulut.

Dari jarak kurang dari 10 meter, tampak Azka berjalan melewati pintu masuk dengan sebalah tangan menenteng sebuah amplop dan sebelahnya lagi ia masukkan kedalam saku Hoodie,"Mission again",ujarnya setelah melemparkan amplop coklat itu keatas meja.

Araster memutar kursi game yang ia duduki mengarah pada kelima saudaranya yang kini duduk disofa,tepat ditengah-tengah ruangan,"Bahkan uang yang kudapat belum lama ini,aku bingung harus menggunakannya untuk apa".

"Bukankah kalian membobol brankas Xavier?",tanya Aren dengan fokus tidak beralih sedikitpun dari layar ponsel ditangannya.

"Aku sudah menggunakan setengahnya untuk membangun rumah sakit di daerah terpencil,sisanya mungkin untuk membangun sekolah bagi anak-anak terlantar?"

"Gunakan bagianku untuk membuat panti asuhan",ujar Araster datar seraya memutar kursinya keposisi semula.

"Hm",Gafrieel hanya berdehem sebagai jawaban,memilih berbaring dengan menjadikan paha Axel sebagai bantalan,sementara sang empunya kini fokus mengamati sesuatu dilayar ponselnya.

Blamm

"Dimana mom dan Queen?"

"Sedang menyiapkan makan malam",ujar Aric seadanya,kemudian memilih berbaring diatas meja biliard,entahlah ia hanya ingin melakukannya meski diruangan ini terdapat banyak sofa kosong,pastinya lebih empuk dari permukaan meja biliard yang cukup keras.

"Untuk pengobatan Axe–"

"Ah yaa,aku ingat harus menanyakan beberapa hal pada kalian",potong Aric cepat seraya merubah posisinya menjadi duduk,menghadap Axel dan juga Azka,"Apa yang kau lakukan dihutan,pada hari dimana mayat Raina menghilang?"

"Aahh,kejadian hari itu masih membuatmu penasaran rupanya",Azka terkekeh,"Aku melihat Araster keluar dari ruang bawah tanah,dia membawa mayat Raina dipunggungnya".

"Dan kau mengikutinya?"

"Hm,untuk pertanyaan yang pernah kau ajukan,kenapa aku berganti pakaian padahal aku sangat malas melakukannya? Pakaianku kotor,itu karna aku membantu Arast menggali tanah untuk mengubur mayat Raina",ujar Azka dengan wajah datar, sementara Araster hanya mendengarkan dengan pandangan tertuju pada monitor didepannya.

"Kau tau tapi berpura-pura tidak tau–"

"Ya,aku tau karna hari itu Arast menceritakan semuanya",lagi,Azka memotong ucapan Valeenz.

"Hari dimana Queen membunuh salah satu pelayan dirumah ini,apa kau juga berpura-pura terkejut dengan apa yang kau lihat?", Aren bertanya dengan sebalah alis terangkat,seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

Azka terkekeh,"Tidak sebelum Arast menjelaskan apa yang terjadi pada Queen", ucapnya seraya tersenyum tipis,"Ah,yaa. Sepertinya kau juga tau sesuatu ric,mengingat hari itu kau berdiri dihadapan Axel dan mengatakan hal-hal yang sebelumnya tidak ku mengerti",lanjutnya seraya menatap Aric dengan memiringkan sedikit kepala.

"Saat itu aku masih berpikir bahwa semua yang terjadi memang ulah Queen,dan dia menjadikan Axe sebagai tameng untuk berlindung,siapa sangka yang terjadi justru kebalikannya?",ujar Aric santai, mengabaikan Axel yang kini memberikan tatapan sengit padanya.

"Kejadian buruk hadir untuk dilupakan,mulai sekarang hiduplah seperti kau baru saja dilahirkan kembali",ujar Araster dengan raut datar,lalu beranjak dari duduknya,berjalan menuju kulkas untuk mengambil sekaleng bir.

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang