'revenge'

1K 142 25
                                    

"Argghhh!!!"

Araster mengangkat tangannya sejajar dengan kepala,dan gadis dihadapannya langsung lunglai dengan air mata yang sudah bercampur dengan keringat menenuhi wajahnya.

"Masih ingin bungkam?"

Dengan nafas terengah,gadis itu mendongakkan kepalanya. Menatap kelima pria yang kini memberikan tatapan serupa padanya,"Sampai- aku mati sekalipun,jangan berharap bahwa aku akan buka suara",desisnya tajam.

"Ashhh"

Araster menarik dagu mungil yang kini terasa semakin dingin,"Kau takut aku membunuhmu,karna itu kau mengulur waktu dengan memilih bungkam. Dan berharap dengan begitu,aku tidak akan melenyapkan nyawamu sebelum mendapat jawaban yang ku inginkan",ujarnya dengan sebelah tangan mencengkram erat dagu gadis dihadapannya yang mulai menampilkan sorot ketakutan.

"Aku tau,hanya saja akan jauh lebih baik jika mendengarnya langsung darimu"

Gadis itu sontak menegang saat merasakan cengkraman didagunya yang sedikit melonggar,dan senyum miring dari pria dihadapannya kini benar-benar menandakan bahwa waktunya tidak banyak.

"Aku perlu samurai",ujar Araster yang langsung mendapat anggukan dari anak buahnya.

"Ulah Jake"

Sontak kelima pria itu membalikkan badan,mendapati Valeenz berjalan melewati pintu masuk seraya menenteng sebuah ponsel ditangannya.

"Bagaimana kau tau?"

Valeenz mengangkat ponsel ditangannya,"Milik gadis itu,nomer terakhir yang menghubunginya sama dengan nomer yang kusimpan diponselku dengan nama Jake".

"Kupikir keparat itu sudah mati"

"Orang jahat tidak akan mati dengan mudah,Ric"

Axel melangkah maju dengan kedua tangan ia masukkan kedalam saku celana,"Kau,adik Jake?".

Gadis itu reflek mendongakkan wajahnya dengan raut terkejut, membuat Axel tersenyum miring seraya menganggukkan kepala.

"Pantas saja kau sangat ingin melindunginya"

"Ingin balas dendam atas kematian ayahmu? Wei Hong? Ahh tidak,Dimitri",ujar Aren dengan tatapan jenaka, membuat gadis yang kini duduk dikursi tepat dihadapan Araster mengeraskan rahangnya.

Axel menyisir rambutnya kebelakang seraya membasahi bibir dengan lidah,"Seharusnya dulu aku benar-benar membunuhmu,tidak hanya sekedar mengancam Jake. Ahh,ini pertama kalinya aku menyesal tidak jadi membunuh orang",ujarnya.

Sementara sejak tadi,Gafrieel memilih duduk disofa yang berada disudut ruangan tanpa mengatakan apapun. Pria itu hanya memperhatikan apa yang adik-adiknya lakukan,sesekali melirik layar ponsel ditangannya yang kini menyela,menampilkan sebuah pesan.

"Tuan,ini samurai yang anda minta",ucap pria berpakaian serba hitam seraya menyerahkan samurai ditangannya pada Araster.

"Aku ingin melihat Jake menyesali keputusannya karna sudah mengirimmu ketempat ini",ujar Araster dengan ujung samurai yang ia arahkan tepat dileher gadis yang tak lain adalah putri dari Dimitri.

"Tidak akan berpengaruh apapun baginya,sekalipun kau memenggal kepala gadis itu didepan Jake", Gafrieel berdiri dari duduknya seraya memasukkan kedua tangan kedalam saku celana,melangkah mendekati Araster yang kini menatapnya dengan kedua mata menyipit,"Satu ayah tapi lahir dari rahim berbeda,gadis ini putri dari seorang jalang yang menjadi simpanan Dimitri".

"Tutup mulutmu! Ibuku bukan seorang jalang!!"

"Nona Angelin,kau hanya dimanfaatkan oleh Jake. Ahh,aku kasihan padamu,pasti kau pikir Jake sudah bisa menerimamu saat dia menghubungimu dan meminta bantuan agar kau menyusup kerumah ini",ucap Gafrieel dengan seringaian yang membuat gadis dihadapannya memberikan tatapan membunuh padanya.

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang