"the begin of regret"

601 74 19
                                    

"Siapa lagi yang harus dad curigai saat ini?"

Tidak ada satupun dari ketujuh prince yang bersuara,mereka hanya menatap Bratva dengan raut datar. Membuat yang ditatap berkali-kali menghembuskan nafas lelah.

"Hanya anggota keluarga Cassanno yang bisa masuk tanpa diperiksa."

"Lalu kenapa masih mempertanyakan siapa pelakunya? Sementara dad sendiri yakin bahwa diantara kami bertujuh lah dalang dibalik semua ini." Potong Axel masih dengan raut datar sembari bersedekap dada. Membuat Araster yang duduk tepat didepannya melirik sekilas.

"Apa dad tidak boleh tau alasan salah satu dari kalian melakukannya?" Bratva bertanya dengan sebelah alis terangkat,menatap ketujuh putranya secara bergantian.

"Ekhm." Valeenz berdehem seraya menegakkan tubuhnya,"Kurasa alasannya sudah sangat jelas,dad. Tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi."

Bratva mengangguk pelan seraya membuka dua kancing teratas pada kemeja yang ia kenakan,"Tepat seperti dugaan,dad. Kalian saling melindungi satu sama lain." Ujarnya dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

"Tidak juga. Aku tidak pernah mendukung apapun yang berakhir dengan menyakiti Queen,seperti yang terjadi sekarang. So,jika tau siapa pelakunya,mungkin aku bisa memberinya sedikit pelajaran. Bukan sebagai saudara,tapi sebagai kakak dari seorang gadis yang hatinya lagi-lagi dipatahkan." Sanggah Aren yang sedari tadi diam,membuat Azka reflek melirik kearahnya.

"Setelah dipikir-pikir,rasanya lebih masuk akal jika kita mencurigai Gaf. Lihatlah betapa tenangnya dia saat ini." Ucap Aric seraya menatap Gafrieel kemudian beralih pada Bratva yang kini menyipitkan mata,"Dan jangan lupakan bahwa pernikahan ini dilaksanakan atas permintaannya,tidak masuk akal bukan,bagaimana dia dengan tiba-tiba menyetujui orang yang sebelumnya sangat dia benci menikahi Queen."

Atensi semua orang kini tertuju pada Gafrieel yang masih menampilkan raut tenang,tampak tidak terusik dengan tatapan mengintimidasi yang seolah menuntut penjelasan lebih darinya.

"Aku tidak perlu memberi harapan sejauh ini pada Queen jika akhirnya aku juga yang akan menghancurkannya. Bukan begitu, dad?" Ujarnya seraya tersenyum tipis,yang langsung mendapat tatapan sinis dari Aric.

Axel berdehem seraya memutar kursi rodanya kearah Gafrieel,"Lalu,apa tujuanmu meminta pernikahan ini dilaksanakan? Kau tidak mungkin meminta sesuatu yang tidak masuk akal seperti ini tanpa alasan yang jelas, Gaf."

"Baiklah,kurasa sudah saatnya aku menceritakan apa yang kudengar dan kulihat. Setidaknya dengan begitu kalian kehilangan satu tersangka dari tujuh tersangka yang ada." Putus Gafrieel pada akhirnya.

Flashback on!

Gafrieel berjalan keluar dari lift dengan senyum tipis yang kini menghiasi bibir ranumnya. Sebelah tangannya menenteng sebuah mini paperbag,dimana dibagian kiri atasnya terdapat logo kecil milik salah satu brand perhiasan terkenal di Eropa.

"Aku yakin kau akan menyukainya",gumamnya seraya mengangkat mini paperbag itu sejajar dengan wajah.

Cklek!

Gafrieel mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar Ailen, berusaha menemukan keberadaan gadis itu namun nihil. Bahkan kini dia sudah berdiri dibalkon,namun gadis itu tidak disana. Hingga telinganya tidak sengaja mendengar suara isakan dari dalam toilet yang ternyata pintunya tidak tertutup dengan sempurna. Perlahan ia mendekat,dan suara itu semakin jelas,suara isakan yang beradu dengan suara air.

"Aku mencintainya,Tuhan. Dia bahagiaku,sekeras apapun aku berusaha membencinya atau bahkan melupakannya,nyatanya hatiku berkata lain. Andai aku lebih berani berhadapan dengan keluargaku,atau setidaknya aku bisa berbicara jujur pada salah satu dari mereka tanpa takut akan hal apapun."

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang