"enghhhh"
Melihat gadis yang berbaring disampingnya menggeliat dengan kedua mata terpejam membuat kedua sudut bibir Gafrieel terangkat,tangannya bergerak untuk mengelus Surai panjang yang kini tampak kusut.
Perlahan gadis itu membuka matanya,mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk kerentina nya. Hal pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah wajah tampan dengan pahatan sempurna,tengah menatapnya sembari tersenyum manis.
"Morning"
"Hm,morning"
Lagi-lagi Gafrieel terkekeh melihat wajah setengah sadar adiknya yang tampak lucu,"Ayo,kau harus mandi dan sarapan",ujarnya lembut sembari merubah posisi menjadi duduk.
Ailen duduk disamping kakak tertuanya dengan sesekali menguap,tangannya terangkat untuk menyentuh rambut dan sedetik kemudian ia mengernyit saat merasakan rambutnya sangat kusut seperti habis berkeramas namun tidak dikeringkan dengan benar.
"Ada apa?"
"Rambutku sangat kusut Gaf...",rengeknya dengan puppy eyes yang sontak membuat pria dihadapannya tersenyum gemas.
"Maaf karna aku tidak mengeringkan rambutmu dengan benar", ucapnya dengan raut menyesal sembari mengelus Surai panjang adikknya.
"Aku tidak ingat kapan aku mandi..."
Gafrieel menaikkan kedua alisnya dengan raut bingung saat hendak berdiri namun telinganya tidak sengaja mendengar gumaman Ailen, sedetik kemudia ia berdehem sebelum berdiri menghadap kearah gadis itu dengan kedua tangan menyilang didepan dada.
"10 menit tidak turun,aku akan menghabiskan jatah sarapanmu", ucapnya setelah itu berjalan menuju pintu keluar.
***
"Apa Queen tidak ikut sarapan?"
"Apa kau pernah melihatnya sarapan sebelum mandi?"
Aric hanya mengedikkan bahu acuh,memilih kembali menyuapkan sesendok sup dan sepotong roti kedalam mulutnya. Tidak lama dari itu, Valeenz memilih berdiri sembari membenarkan letak dasi dilehernya,melirik ke arah Araster sekilas sebelum mengambil ponsel miliknya yang tergeletak diatas meja.
"Ada tugas baru untukmu",ucapnya lalu melangkah pergi,sementara Araster hanya mengedikkan bahu acuh sembari menyendokkan sesuap sup kari kedalam mulutnya.
Setelah kepergian Valeenz, suasana diruang makan kini menjadi hening tanpa adanya celotehan yang biasanya sikembar lontarkan disaat sedang berkumpul seperti ini. Tidak terdengar suara dari siapapun selain suara dentingan sendok dengan piring keramik yang saling beradu.
"Ada banyak pertanyaan yang terus berputar dikepalaku sejak beberapa hari terakhir",ujar Azka pada akhirnya,yang sontak mengalihkan atensi saudaranya yang lain.
"Aku tidak berminat mendengar pertanyaanmu apalagi menjawabnya"
Mendengar ucapan yang baru saja saudara kembarnya lontarkan,terlebih melihat wajah datar tak berdosanya benar-benar membuat rasa ingin melemparkan tubuh pria itu kesamudra Hindia menguasai pikiran Azka saat ini.
"Queen..."
Satu kata yang lagi berhasil membuat atensi keenam Prince's teralihkan pada Aren,pria itu tampak tenang dengan sebelah tangan menggoyang-goyangkan gelas berisi susu rasa strawberry ditangannya.
"Aku tidak melihat Ailen didalam diri Queen"
"Apa bedanya Queen dan Ailen?", Aric bertanya dengan raut jengkel,sekaligus bingung dengan ucapan Aren yang terdengar ambigu ditelinganya, mungkin juga saudaranya yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bratva's Mafia
AcciónTidak menyediakan spoiler. /Prince's and Princess BRATVA'S/