'feel'

891 136 50
                                    

Bratva's mansion.

"Masih tidak mau makan?"

Seorang pelayan wanita yang baru saja keluar dari kamar bertulisan 'Princess Room',dibagian pintunya mengangguk,"Bahkan sarapan yang saya bawakan tadi pagi,tidak disentuh sama sekali oleh nona,Tuan", ucapnya dengan kepala menunduk.

Gafrieel menghela nafas berat,"Kau boleh pergi",ujarnya seraya mengetuk pintu,sebelum akhirnya membuka pintu bercat putih tulang itu yang langsung menampakkan seorang gadis tengah duduk disisi ranjang seraya memeluk kedua lutut.

"Ekhm"

Gafrieel mendudukkan bokongnya disamping Ailen,menatap penampilan gadis itu yang terlihat sangat kacau,terlebih kantung matanya yang menghitam,menandakan dia tidak cukup tidur.

"Sudah hampir seminggu,Queen. Dan selama itu kau tidak menyentuh makananmu sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?"

Tidak ada sahutan apapun dari Ailen,gadis itu hanya diam dengan tatapan lurus kedepan. Seolah tidak melihat dan tidak mendengar apapun,dan tingkahnya yang seperti ini sudah berlanjut selama hampir satu Minggu. Membuat semua penghuni mansion khawatir, terlebih ketujuh saudaranya.

"Jika kau masih tidak menyentuh makananmu,aku akan menghubungi mom. Setidaknya,jika sesuatu yang buruk terjadi padamu karna kau tidak makan selama beberapa hari,mom tidak akan menyalahkan kami dengan embel-embel tidak memberimu makan",putus Gafrieel pada akhirnya,setelah cukup lama diam seraya memandangi wajah pucat adiknya.

Terdengar helaan nafas ringan,disusul suara parau yang selama beberapa hari ini tidak terdengar,"Aku,melakukan kesalahan besar. Bahkan... aku sendiri tidak yakin kalian akan memaafkanku".

Gafrieel memutar tubuh sepenuhnya menghadap kearah Ailen,menggenggam kedua tangan mungil gadis itu yang terasa sangat dingin,"Tidak ada kesalahan yang tidak termaafkan. Semua orang pernah melakukan sebuah kesalahan,dan mereka semua memiliki kesempatan paling tidak sekali untuk dimaafkan,termasuk kau Queen".

"Tapi aku–", tenggorokkannya tercekat,seolah ada ribuan belati yang menghujam tepat diulu hatinya saat menatap manik coklat yang begitu meneduhkan tertuju padanya,milik seorang pria yang selama 16 tahun ini selalu menjaganya dengan sepenuh hati. Dan malam itu,dengan tidak tau dirinya Ailen membuat apa yang pria ini lakukan selama 16 tahun berakhir sia-sia.

"Tidak masalah,aku berjanji akan memaafkanku",ucap Gafrieel lembut,seraya mengelus pipi tirus adiknya.

Ailen memejamkan kedua matanya rapat dengan dahi berkerut,dia ingin mengatakan semuanya,semua yang telah terjadi. Tapi sungguh tidak semudah membalikkan telapak tangan,bahkan untuk mengingatnya saja mampu membuat sebagian dirinya hancur,hingga rasanya Ailen tidak siap menghadapi dunia dengan dirinya yang kotor ini.

"Aku,aku tidak pantas mendapat pengampunan Gaf,aku– aku hancur,sepenuhnya",ucapnya lirih,menyandarkan dahinya pada dada bidang Gafrieel.

Semuanya sudah jelas,dan Gafrieel menyadarinya sejak Azka mengatakan apa yang dia lihat pada malam itu. Malam dimana mereka menemukan Ailen dengan keadaan yang sangat kacau.

"No problem Queen,semuanya akan baik-baik saja. Apa kau lupa? Aku pernah berjanji akan selalu ada disisimu apapun yang terjadi. Sekalipun seluruh dunia membencimu,aku akan menjadi satu-satunya orang yang akan tetap mencintaimu,hingga dunia berakhir"

Gafrieel mengelus Surai Ailen lembut, menyalurkan kekuatan pada gadis didalam dekapannya yang kini terlihat sangat rapuh.

"Aku membuat kalian semua kecewa,aku– aku tidak siap berhadapan dengan mereka,Gaf",ucap Ailen penuh penyesalan,kedua tangannya meremas kuat kaos yang Gafrieel kenakan.

Bratva's MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang