tak! tak! tak!
Suara langkah kaki yang tak beraturan dengan irama yang begitu cepat terdengar semakin mendekat,membuat kelima prince yang sedari tadi menunduk sontak mendongakkan kepala dan menoleh ke arah sumber suara.
Aric,pria itu berlari seraya menenteng jaket yang berwarna senada dengan celana ripead Jeansnya. Menghampiri kelima saudara dan ibunya yang kini duduk dikursi tunggu,tepat didepan ruangan dengan pintu kaca yang terdapat tulisan 'Ruang bersalin'.
Raut wajah mereka yang kini tengah menatapnya sudah dapat menjelaskan apa yang kini terjadi. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun,Aric berlutut didepan ibunya dan memeluk tubuh wanita itu erat. Seolah menyalurkan kekuatan yang tersisa dari dirinya.
"Apa yang harus kita lakukan,honey? Sudah hampir satu jam adikmu didalam sana-"
"Queen baik-baik saja,mom. Selamanya akan tetap begitu,karna dia gadis terkuat yang pernah ku kenal." Potong Aric cepat,membuat wanita didalam pelukannya berkali-kali menghela nafas gusar.
Setelah melepas pelukannya, Aric memilih duduk dikursi yang tersisa,yaitu tepat disamping Gafrieel yang kini tidak menampakkan raut apapun. Pria itu hanya menatap lurus ke depan dengan jari-jari tangan yang saling bertaut.
"Azka tidak bisa dihubungi." Gafrieel akhirnya buka suara,membuat Aric reflek menoleh kearahnya,kemudian mengangguk.
"Dia sedang balapan."
Aren mendongakkan wajah seraya tersenyum kecut,"Chhh." Decihnya,menatap Aric yang kini juga tengah melihat kearahnya,"Setelah apa yang dia lakukan? Bukannya bertanggung jawab atau setidaknya memastikan Queen baik-baik saja,bedebah itu justru memilih balapan? Yang benar saja."
"Ren,sudahlah." Ujar Yoona.
"Mom,secara tidak langsung ini semua karna ulah Azka!"
Araster mengusap wajahnya kasar,"Shut up! Atau kau pulang saja." Ucapnya sinis yang tertuju pada Aren.
Cklek!
Semuanya sontak berdiri saat pintu kaca didepan mereka yang sudah tertutup rapat sejak satu jam yang lalu akhirnya terbuka,memperlihatkan seorang dokter perempuan yang berjalan keluar melewatinya seraya membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya.
"Bagaimana keadaannya,dok?" Tanya Valeenz yang terdengar kentara bahwa dia sangat khawatir.
Dokter itu menghela nafas pelan,"Sangat buruk. Karna dia sudah kehilangan darah cukup banyak. Terlebih nona Ailen menolak untuk dilakukannya operasi Caesar. Dan sampai saat ini kami masih menunggu pembukaan lengkap sehingga proses persalinan bisa dilakukan."
"Apa bayinya baik-baik saja,dok?" Kali ini Yoona yang bertanya,membuat dokter yang menangani Ailen itu lagi-lagi menghela nafas.
"Begini Bu,bayi didalam kandungan nona Ailen terbelit tali pusar sebanyak dua kali dibagian lehernya, karna janinnya bergerak sangat aktif. Sehingga akan sangat beresiko bagi bayi dan juga ibu jika harus menunggu untuk melahirkan secara normal,terlebih dengan keadaan nona Ailen yang sudah sangat lemah karna mengalami pendarahan. Kemungkinan berhasil memang ada,tapi saya tetap akan menyarankan untuk dilakukannya operasi Caesar."
"Bisa aku bicara dengannya?"
Dokter itu mengalihkan atensinya pada Araster yang kini melangkah maju,"Kami hanya bisa memberimu waktu 10 menit untuk meyakinkan nona Ailen. Karna kami akan mengikuti keputusan akhir darinya untuk segera melakukan tindakan,entah itu melahirkan secara normal atau Caesar."
Araster mengangguk,setelahnya berjalan memasuki ruang bersalin tempat Ailen berada.
"Queen"
Merasa namanya dipanggil,Ailen langsung menoleh dan mendapati Araster berjalan kearahnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menampilkan senyum semanis mungkin,walau tubuhnya terasa sangat lemah hingga untuk sekedar mengangkat tangan pun rasanya Ailen tak sanggup.