Keadaan di kerajaan awan berjalan seperti dahulu, semua orang di sibukkan dengan persiapan upacara pernikahan serta pengangkatan Sana sebagai ratu di negeri tersebut.
Sana duduk di samping singgah sana ayahnya, mendengarkan dengan malas apa yang menteri-menterinya usulkan untuk rencana mereka ke depan.
"Sana..."
"Sana!"
Panggilan keras dari ayahnya membuat Sana tersadar, dia menoleh kearah ayahnya.
"Ya?"
"Apa ada yang ingin kau tambahkan?" Tanya raja negeri awan.
Sana mengangguk, dengan anggunnya dia berdiri dari tempatnya. Menatap satu persatu wajah dari para menterinya kemudian terakhir menatap pada ayahnya.
"Aku ingin upacara penobatanku sebagai ratu segera dilakukan. Lantik aku sebagai ratu terlebih dahulu sebelum upacara pernikahanku dengan Mark."
"Sana!" Ayah Sana langsung berdiri dari singgah sananya, menatap murka pada Sana yang sudah berani mengajukan permintaan seperti itu.
"Kenapa? Bukankah sama saja huh? Mau aku menikah atau menjadi ratu dulu itu semua sama. Semua itu tetap akan terjadi bukan? Ah Ayah pernah bilang bila sekarang aku berhak memerintah dengan dampingan Ayah bukan? Jadi ku perintahkan kalian semua segera persiapkan upacara penobatanku." Ucap Sana dengan tegas lalu menatap ayahnya. Dia tersenyum tipis, "Secepatnya."
Ayah Sana hanya bisa menghela nafasnya panjang, benar sekali bila Sana putrinya. Sifat keras mereka memang sama persis. Tak lama senyuman tercipta di bibirnya.
"Baiklah kalau itu maumu. Kau memang calon ratu yang kuat Sana." Ucap ayah Sana tersenyum bangga kepada putrinya.
"Lalu apa yang kalian tunggu lagi? Segera persiapkan semuanya." Lanjut ayah Sana membuat para menteri yang ada disana langsung bergegas undur diri melalukan apa yant calon ratu mereka perintahkan.
Sana berjalan dengan aura pemimpin yang kuat, wajahnya yang dulu selalu menebar senyum sekarang tak lagi ada. Hanya ada wajah datar serta tatapan mata tajam yang selalu menghias wajahnya. Perubahan yang begitu besar terjadi pada calon ratu negeri awan.
"Kakak!"
Sana menghentikan langkahnya saat mendengar panggilan dari adiknya.
Mina buru-buru mengejar kearah kakaknya sambil di ikuti seorang pria di belakangnya.
"Kakak, sebenarnya apa yang kau rencanakan huh?" Tanya Mina begitu sampai di depan kakaknya.
Sebelah alis Sana terangkat, "Maksudnya?"
"Mempercepat pelantikan? Kau serius? Kau benar-benar ingin duduk di singgah sana itu secepatnya?"
Sana tersenyum mulai paham dengan arah pertanyaan dari Mina. "Iya, memang ada yang salah?"
"Tapi kan... eum ah sudahlah terserah kau saja untuk masalah itu. Tapi untuk upacara pernikahan? Apa kau benar-benar mau menikah dengan Mark? Memangnya kau mencintainya? Kak, dia sudah seperti kakak kita sendiri. Kau benar-benar mau menjadi pendampingnya?"
Sana tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus bahu adiknya.
"Kau terlalu banyak bertanya, sudahlah lebih baik kau bermain saja dengan Chaeyoung." Ucap Sana melirik kearah pria yang sedari tadi diam di belakang Mina. Pria yang merupakan kepala pengawal yang bertugas untuk menjaga Mina.
"Bermain? Hei siapa yang bermain? Aku belajar tentang pemerintahan dengan Chaeyoung, kami tidak bermain." Bantah Mina tak terima dengan ucapan Sana barusan, yah meski nyatanya apa yang Sana ucapkan tak sepenuhnya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Sana × Tzuyu
Fanfictionwarning 🔞 Cuman cerita pendek Tzuyu dan Sana Update suka-suka