love hurts

2.4K 216 117
                                    


Amat sangat panjang, bacanya pelan pelan dan semoga gak bosen di tengah cerita.

Happy reading....

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


"Sana!"

Wanita itu tersentak kaget, bergegas bangun dari atas sofa dan berlari ke sumber suara. Bibirnya di gigit kuat, merasa bila dia pasti mendapatkan hukuman, lagi.

"Wanita pemalas. Apa telingamu tuli sampai tidak bisa dengar aku pulang!" Seorang pria bertubuh tinggi mengejutkan Sana, membuatnya melirik takut-takut untuk menatap pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. "Sudah berani sekarang natap aku huh!"

"Ma-maaf, Tzuyu." Suara Sana memelan menundukkan kepala.

Dia lupa bagaimana seharusnya bersikap bila berhadapan dengan Tzuyu, suaminya. Dia tidak diperbolehkan menatapnya. Tzuyu mengatakan wajah Sana dapat membuatnya marah tanpa alasan yang jelas.

"Jangan karena aku mengambilmu dari bar dan menikahimu, kamu bisa seenaknya bermalas-malasan. Ingat ya, kamu cuman pelayan di sini."

Tzuyu mencengkram wajah Sana. Membuat Sana semakin ketakutan dan Tzuyu tersenyum penuh kemenangan.

"Ya, dengan wajah seperti inilah kamu harus menatapku. Ketakutanmu adalah kesenanganku." Tanpa merasa bersalah Tzuyu mendorong Sana, membuatnya jatuh berlutut.

"Sebenarnya maumu apa?" Sana mendongakkan kepalanya. "Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?" Bekas lecet di pipinya diusap ketika tanpa sengaja ia menjatuhkan bulir kesedihan. "Ka-kamu berubah Tzuyu." lirih Sana putus asa.

Sebelum menikah, Tzuyu menunjukkan rasa cintanya. Membuat Sana mengenal arti kata jatuh hati yang sesungguhnya. Membuatnya merasa seperti gadis terberuntung di dunia yang diperlakukan layaknya putri oleh Tzuyu. Namun setelahnya, Sana hanya merasakan kebencian yang tak terhingga.

Tzuyu bergeming. Terdiam di tempat namun kemudian semakin menunjukkan wajah bengisnya. "Sudah kubilang aku menikahimu agar bisa menyiksamu."

Bibir itu menampilkan seringai seolah puas dengan ucapan kejamnya.

"Seharusnya kamu bersyukur. Aku menarikmu dari kubangan pelacur dijalanan dan menjadikanmu wanita terhormat. Bukankah hidup menjadi nyonya Chou begitu diimpikan setiap wanita?"

Nyatanya disini hidup Sana lebih hancur. Itu kenyataannya yang tak bisa terbantahkan.

"Aku bukan pelacur. Meski dulunya aku hanya orang miskin yang bekerja di salah satu tempat hiburan, namun seujung kuku pun aku tidak pernah menjual diriku sendiri." Suaranya bergetar untuk menjelaskan. Sudah berkali-kali Sana mengatakan hal yang sama.

"Omong kosong. Berhenti menyangkal kenyataan itu, menyedihkan." Balas Tzuyu acuh.

"Kamu yang pertama mengambil dariku, sesuatu yang disebut keperawanan, bukan. Itu kenyataan Tzuyu, kamu harus mengakuinya." suaranya melemah. Lalu berubah menjadi senyuman miris.

Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang