archery love

1.2K 130 53
                                    

Happy reading...

.

.



Sorak sorai pemberi semangat langsung berubah senyap saat pistol ditarik dari pelatuknya. Anak panah di lontarkan dari busurnya, atlet yang baru saja melesatkan anak panah itu menatap dingin hasil yang ia dapatkan. Sedangkan dibangku penonton Sana hanya bisa menggigit bibir bawahnya mendapati hasil yang tak memuaskan dari sang atlet. Tak tahan lagi, akhirnya Sana bergegas turun dari podium. Hasil akhir sudah terlihat, cukup mengecewakan karena yang ia dukung harus menerima kekalahan.

"Maaf Nyonya, yang boleh masuk hanya staff dan atlet. Anda tidak diperbolehkan masuk." tahan penjaga keamanan kepada Sana yang hendak masuk ke ruangan atlet.

"Tapi aku cuman-" ucapan Sana berhenti begitu suaminya keluar dari ruangan itu, ia menatap Sana sekilas lalu melangkah pergi dari tempat tersebut. Sana hendak mengejar namun seorang pelatih terlihat berlari tergopoh mengejar. "Oh pelatih.."

"Astaga, anda disini Nyonya." ucap pelatih tersebut yang mengenal siapa Sana.

"Biar aku aja yang ngejar dia. Tau sendirikan kalo lagi tantrum dia gimana." ucap Sana tersenyum mengajak bercanda pelatih tersebut yang sepertinya sudah panik sekali.

"Oh kalo begitu baiklah Nyonya."

"Yasudah aku pergi dulu ya Pelatih, maaf buat sikapnya dia yang gak profesional ya."

"Tidak papa Nyonya."

"Oke, permisi dulu Pelatih." Tanpa buang waktu lagi, Sana langsung mengejar sang suami yang sudah berjalan menjauh dengan kaki panjangnya.

Sana menyusul suaminya, melingkarkan tangannya pada lengan pria tersebut. "Hei namanya juga pertandingan, gak perlu mikirin hasilnya. Yang penting kamu udah lakuin yang terbaik." hibur Sana pada sang suami.

Suaminya hanya diam, masih memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Kamu pulang sama aku kan?" tanya Sana lagi saat menyadari suaminya melangkah menuju parkiran.

"Mana kuncinya?" tanya sang suami begitu mereka sudah sampai didepan mobil. Sana menggeleng cepat.

"Biar aku yang nyetir. Kamu pasti cape kan." balas Sana kemudian masuk duluan ke balik kemudi bahkan sebelum suaminya mengucapkan sepatah kata. Pria itu menghela nafasnya panjang, terlalu lelah untuk berdebat. Akhirnya ia mengikuti mau sang istri untuk duduk disamping kemudi saja.

Didalam mobil hanya ada keheningan. Sana fokus pada jalanan didepan sedangkan suaminya menutup wajah dengan sebelah lengannya, sepertinya tertidur. Dan Sana tak mau mengganggu pria itu dengan mengajaknya mengobrol, Sana tahu bila suasana hati suaminya kini tengah buruk.

Setelah menempuh waktu setengah jam akhirnya mobil yang dikendarai Sana sampai juga di basemen apartemen mereka tinggal. Sana menoleh kearah suaminya yang masih menutup wajahnya, sepertinya ia benar benar tertidur.

"Bangun Sayang, kita udah sampe." Sana menggoyangkan bahu Tzuyu -sang suami pelan.

Tzuyu terjaga, menatap kesekitar menyadari mereka memang sudah sampai. Tzuyu segera membuka pintu mobilnya kemudian melangkah pergi terlebih dahulu. Sana hanya tersenyum kecil memaklumi suaminya yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam lift meninggalkan dirinya. Sana menggeleng pelan lalu meraih tas perlengkapan milik suaminya yang ditinggal begitu saja di kursi belakang. Dibawanya tas itu kemudian ikut menyusul menuju unit mereka sendirian karena sudah ditinggal.

Sesampainya di unit yang mereka tinggali, Sana langsung menaruh peralatan tandingnya Tzuyu ketempatnya. Segera menyusul sang suami menuju kamar, dan disana dia tidak melihat keberadaan Tzuyu, melainkan hanya suara gemericik air dari dalam kamar mandi.

Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang