math for love 🔞

3.2K 132 63
                                    

Happy reading....

Tapi warning woy, tiati 🔞🔞🔞🔞

.

.

.


Sana mengacak-acak rambutnya kesal, memandang horor tumpukan kertas yang berada diatas meja belajarnya. Sana sekarang harus belajar mati-matian, karena seminggu lagi akan menempuh ujian akhir. Tapi sekarang dia tengah stress, saking stressnya bahkan dia membenturkan kepalanya di meja dengan lumayan keras. Astaga, kenapa menjadi murid kelas tiga itu rasanya semenyiksa ini. Padahal jalannya masih panjang, ia ingin mendapatkan nilai yang memuaskan untuk ujian ini, dan berharap dapat masuk kesalah satu universitas mode di Prancis sana.

"Yaampun, wahai bolpoint ajaibku. Bisa gak sih kamu jalan sendiri corat coret soal soal ini sampe dapet jawabannya? Bisa gak sih?!?"

Sana mulai meracau tak jelas sambil memandang selembar kertas putih, yang didalamnya terdapat sederet angka-angka yang harus dia isi menggunakan rumus.

Ini baru contoh soal sesuai kisi-kisi yang akan keluar diujian nanti, tapi Sana sudah kalang kabut. Apalagi nanti bila ujian hang sesungguhnya, pasti lebih rumit daripada yang ia kira.

Yang benar saja!

Sana akan mati mengenaskan ditempat duduknya saat mengerjakan soal demi soal nanti. Jangankan beberapa soal, satu saja Sana sudah macet dijalan. Ah, bukannya Sana bodoh. Ia hanya tak mengerti. Dan Sana akan sangat tidak terima bila ada orang yang menganggap seseorang bodoh hanya dengan pelajaran matematika sebagai tolak ukurnya.

"Hah... buntu, otakku udah buntu..." Sana menyenderkan punggungnya pada bagian belakang kursi, memainkan helaian poni depannya yang sampai membuat matanya terlihat juling menggemaskan.

Seketika, perkataan kekasih tampannya itu mengiang-ngiang dikepalanya.

'Kalo kamu butuh bantuan ngerjain soal-soal itu, hubungi aku aja. Aku pasti bantuin.'

Sana menjentrikkan jarinya. Benar juga, kenapa ia tidak memikirkan hal itu dari tadi ya?

"Chou Tzuyu.... kenapa gak dari tadi kamu lewat di pikiranku sih..." gumam Sana lagi.

Ia melirik jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Tidak terlalu larut untuk mendatangi apartemen si Chou tampan itu. Tapi tunggu, ini sudah malam. Ditambah lagi jika nanti Sana kesana, berarti itu artinya hanya akan ada mereka berdua disana.

Sana berfikir sejenak, cukup bahaya juga datang ke kandang singa seperti Tzuyu apalagi malam-malam. Itu benar, Chou Tzuyu itu terlihat sopan dan anak baik dari luar, tapi nyatanya pemuda itu bobrok sampai ke dalam-dalamnya. Itulah yang Sana ketahui setelah berpacaran dengannya selama 2 tahun ini.

Tapi.. Bagaimana dengan soal-soal ini bila ia tidak meminta bantuan ke Tzuyu?!

Sana menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengambil ponselnya diatas ranjang, menyentuh layar touch screen ponsel pintar tersebut dan tak lama menempelkannya ditelinga kanan. Tersambung!

'Tzutzu...'

'Hm, ada apa?'

'Tzutzu bantu akuuuu!'

Disebrang sana, Tzuyu sejenak menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar Sana berteriak kencang. Ck, mungkin kekasihnya itu ingin membuat Tzuyu tuli.

'Bantu apa Sayang?'

'Bantu aku ngerjain soal-soal matematika jahanam ini. Gara gara soal ini kepalaku berasap, rambutku rontok parah, nafasku kesendal sendal, perutku melilit kram... tolong aku Chewy...' bibir Sana mengerucut lucu, walau Tzuyu pasti tak bisa melihatnya.

Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang