No choice 2

924 109 41
                                    

Warning 🔞

Happy reading....

.


.


.






Dipandanginya benda kecil yang memiliki satu garis itu, dia mendesah kecewa melihat hasilnya. Lagi lagi wanita ini harus menanggung kenyataan bila dirinya belum juga hamil. Kepercayaan dirinya perlahan luntur, ini sudah tiga bulan berlalu setelah ia kehilangan janin dalam kandungannya. Dan sampai detik ini ia belum juga diberikan kesempatan mengandung lagi. Sudah pasti, ada yang salah dalam dirinya.

"Sana! Mau sampai seharian kamu didalam situ huh!" teriakan keras serta tendangan dipintu membuat tubuh Sana terlonjak kaget.

Buru buru dia membuang testpack itu kedalam tong sampah yang dipenuhi alat serupa karena hampir setiap pagi Sana mengecek kehamilannya. Kemudian dia bergegas membuka pintu kamar mandi. Didepan kamar mandi sudah berdiri Tzuyu yang berkacak pinggang menatap marah kepadanya.

"Cih telingamu tuli sekarang? Sudah berkali kali aku memanggilmu." ucap Tzuyu membuat Sana menghela nafasnya panjang.

"Maaf aku tidak dengar, ada apa? Ada yang kamu perlukan?"

Tzuyu berdecak lalu menatap Sana dari atas sampai bawah, "nanti malam bersiaplah, ikut aku menghadiri pesta perusahaan."

"A-apa? Tidak, aku tidak bisa ikut." tolak Sana langsung.

"Hei sejak kapan kamu boleh menolakku perkataanku."

Sana tetap menggeleng, "tapi itu sudah termasuk diluar. Bukannya aku cuman pelayanmu bila dirumah, jika sudah keluar rumah kamu tidak bisa menyuruhku ini itu. Tidak bisa, pokoknya aku tidak mau ikut."

Sana terus menolak, bukan tanpa alasan Sana menolak keras permintaan Tzuyu ini. Karena jika ia ikut, sudah pasti pesta akan dihadiri oleh banyak orang, dan Sana dulunya juga putri dari seorang pengusaha hebat pada masanya dengan kenalan yang tak sedikit pula. Sudah lama ia menghilang, maka bila ia muncul lagi dan bila ia bersama dengan Tzuyu maka akan muncul banyak pertanyaan pastinya. Sungguh Sana menghindari hal hal seperti itu.

"Oh jadi bila diluar aku tidak bisa melakukan sesukaku kepadamu? Menarik sekali, kita lihat saja nanti." ucap Tzuyu memandang remeh pada Sana kemudian keluar dari kamar wanita itu.

Sana mendudukkan diri ditepi ranjang, nafasnya terhembus panjang setelah kepergian pria itu. Pria yang tak ada henti hentinya membuat ulah dihidupnya.

Sana tak punya banyak waktu lagi, dia segera bersiap untuk pergi. Selama ini ia secara rutin akan mengunjungi ayahnya dirumah sakit seminggu sekali, dan hari ini dia juga berniat kesana. Meski belum menunjukan tanda tanda membaik namun Sana tak pernah kehilangan harapannya. Suatu saat ayahnya pasti akan sembuh.

Hal ini juga diketahui oleh Tzuyu, pria itu tidak pernah berbuat ulah dengan melarangnya pergi. Sana cukup tau diri bila ia akan pulang kembali ke masion Tzuyu sebelum pria itu pulang kerja.



Sapaan dari para perawat menyambut Sana kala ia menuju kamar rawat ayahnya, banyak perawat yang sudah mengenalnya karena sering berkunjung. Sampai di kamar rawat tuan Kim, Sana mendapati seorang perawat tengah memperbaiki letak selang oksigen pada ayahnya.

"Oh selamat siang perawat Haewon," sapa Sana pada perawat muda itu.

"Kak Sana, sudah datang rupanya." balas Haewon kepada Sana.

Sana tersenyum sambil mendekati ranjang ayahnya. "Bagaimana perkembangan ayahku?"

"Hmm kadar oksigen tuan Kim jauh lebih baik dari sebelumnya, tuan Kim menunjukkan tanda tanda yang baik Kak." jelas Haewon membuat Sana tersenyum makin lebar.

Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang