Warning 18+ ada bulan gosongnya.
Happy reading...
.
.
.
Bersama sang putri si ibu muda nan cantik ini terlihat sedang menanti dengan tak sabar di Ruang Tunggu Bandara. Keduanya bergandengan tangan, bahkan sesekali sang ibu mendaratkan kecupan sayang di telapak tangan gadis kecilnya itu.
Si gadis cilik terlihat manyun, entah karena apa sebabnya.
"Masih lama ya Ma?" tanya sang anak.
Pertanyaan yang sama kembali terlontar. Ini bukan yang pertama sang putri bertanya.
"Sabar ya Sayang, eumm... mungkin sebentar lagi." Sana menatap arloji yang melingkar di tangan. Lebih dari satu jam waktu yang terlewatkan.
Sullyoon, gadis cilik berusia empat tahun ke atas itu mendengus kesal.
"Ihhh sebel banget." keluhnya menghentakkan kaki kirinya dengan keras di samping sang ibu.
Sana terkikik. Ia tahu bahwa sang putri sudah tak sabar ingin bertemu dengan si ayah tampannya itu, secara sudah cukup lama mereka berpisah dan hanya berhubungan melalui panggilan video. Itu sama sekali tak memuaskan.
"Ayo sini di pangku Mama aja, Uyoon pasti capek kan nungguin Papa sampe.." Sana menepuk pahanya.
Sullyoon nampak merengek namun tetap mendekat kepada Sana. Tubuhnya dengan mudah di angkat Sana untuk di dudukan keatas pangkuannya.
Sejujurnya gadis ini telah lelah terlalu lama berdiri, dan sesekali berlari kearah pintu keluar untuk sekedar menengok orang-orang yang baru saja datang. Namun sejak tadi yang dinanti tak kunjung menampakkan batang hidung. Membuat gadis kecil nan manis itu merasa kesal setengah mati.
"Maa bosen... kapan Papa sampenya sih." keluh si gadis cilik sambil merengek. Ia bosan dengan rasa rindu yang amat menyiksa ini, bukan bosan karena lelah menanti.
Sana mengusap puncak kepala Sullyoon sambil sesekali di kecup.
"Ya gimana dong, Mama gak punya kantong ajaib kayak milik Doraemon yang bisa ngeluarin pintu kemana saja kan. Jadi kita harus sabar ya. Pesawat Papa tuh lagi terbang menuju ke sini. Lagian Mama kan tadi udah bilang kalo kita berangkatnya kecepetan, Uyoon sih yang gak sabaran." jelas Sana kembali.
Sullyoon menggembungkan pipi. Memang salahnya sendiri karena tadi memaksa untuk datang ke Bandara lebih cepat, berpikir bila mereka cepat datang maka akan lebih cepat untuk bertemu dengan Tzuyu.
Tetapi hasilnya sekarang mereka harus menunggu lama kedatangan pesawat yang ditumpangi oleh si kepala keluarga.
"Uyoon kan gak tau kalo nunggunya bakal selama ini Mama..."
Sana terkikik. Gadis manisnya itu pintar sekali menjawab, seperti dirinya yang cerewet. Gemas juga melihat orang cerewet, jadi inilah yang Tzuyu rasakan ketika menghadapi dirinya kalau sedang cerewet.
"Uyoon, putri kesayangan Mama.." kedua mata milik gadis cilik tersebut menatap ke arahnya. "kamu sabar dulu ya, Mama pernah nungguin Papamu lebih dari ini yang kita tunggu sekarang."
"Hemm? brapa lama Ma? Satu minggu? Dua minggu? Hoohh.. empat setengah minggu?"
Sana menggeleng pelan. Dia kembali bernostalgia, mengingat masa lalu saat dimana dirinya harus menunggu Tzuyu sampai mapan baru kemudian membina rumah tangga bersama.
Gadis cantik itu menatap sang Ibunda dengan mata mengerjap. "Seberapa lama? Lima minggu?" Ia masih bertanya sesuai isi kepala.
Sana mengacak gemas puncak kepala Sullyoon. "Bertahun-tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Sana × Tzuyu
Fanficwarning 🔞 Cuman cerita pendek Tzuyu dan Sana Update suka-suka