Can I join the mafia?

2.5K 179 69
                                    


Happy reading...





Gadis cantik itu menekuk sebal wajahnya. Kembali lagi dia melirik kearah jam yang melingkar di tangannya. Dia menggeram kesal saat kedua orang tuanya belum juga datang padahal mereka janji akan sudah berada di rumah satu jam yang lalu untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 17 tahun itu.

Memang agak aneh, disaat gadis lain seusianya akan merengek meminta di buatkan pesta mewah yang mengundang banyak teman bersenang-senang semalam sampai pagi menjelang, justru gadis ini memilih untuk merayakan ulang tahunnya hanya bersama dengan kedua orang tuanya.

"Hah!" Teriaknya kesal sambil mengentakkan kedua kakinya pada lantai sambil sesekali melompat kecil.

Dua pelayan yang sedari tadi setia menemani nona mudanya itu hanya bisa menahan tawanya diam-diam melihat begitu gemasnya saat nona mudanya tengah kesal.

"Jika dalam lima menit lagi Mommy dan Daddy belum juga datang, aku akan benar-benar marah! Ku bakar seisi rumah ini." Gertaknya keras lalu menghempaskan kasar bokongnya ke atas sofa empuk tersebut.

"Bibi Han!"

"Ya nona Minju?" Salah satu pelayan tersebut mendongakkan kepalanya dan mendekat pada nona mudanya saat namanya di panggil.

"Siapkan korek api!"

Bibi Han cukup terkejut dengan ucapan nonanya, dia tahu betul bila nonanya ini punya sifat yang nekat persis sekali dengan kedua orang tuanya. Bisa gawat bila ia benar-benar membakar seisi rumah. Bukan masalah kerugian yang akan di tanggung, tapi ia memikirkan bagaimana repotnya membersihkan puing-puing sisa kebakaran nantinya karena ia amat seratus persen yakin bila dia dan para pelayan lainnya lah yang akan membereskan semua kekacauan yang terjadi.

"Nona, anda benar-benar ingin membakar rumah? Tolong jangan lakukan itu Nona, saya mohon tunggu sebentar lagi, Tuan dan Nyonya pasti akan datang."

Minju menghela nafasnya panjang, kedua orang tuanya yang belum juga datang sudah membuat emosinya berada di ubun-ubun. Sekarang kepolosan pelayannya kian membuat Minju ingin mengamuk saja.

"Ck yang benar saja, Bibi Han. Aku tidak mungkin serius membakar rumah, aku tidak segila itu. Korek itu mau ku gunakan untuk menyalakan lilin. Siapkan saja dan taruh di dekat kuenya."

Pelayan itu mengelus dadanya dengan lega. Hampir saja ia dibuat jantungan oleh nona manisnya itu.



Sedangkan di luar sana.

Tzuyu dan Sana sama-sama berlarian keluar dari mobil sedan mewah yang baru saja berhenti di halaman. Di depan pintu sudah ada dua orang pelayan yang berjaga di sana.

"Tzu!"

Panggilan dari istrinya membuat Tzuyu berhenti dan menoleh ke belakang. Dengan gerakan refleks cepat Tzuyu berhasil menangkap jas yang Sana lemparkan. Kemudian pria itu memakai jas yang sudah Sana beri.

"Bagaimana penampilanku?" Tanya Sana selesai menyisir rambutnya dengan tangan kosong lalu menyusul suaminya yang sudah sampai di depan pintu rumah mereka.

"Cantik dan sempurna seperti biasanya." Jawab Tzuyu lalu mendaratkan ciuman di kening istrinya.

Tzuyu menggenggam tangan Sana untuk diajak masuk bersama, tapi lagi-lagi Sana menahannya. Membuat Tzuyu menoleh dengan wajah bingung.

"Kenapa?"

"Tunggu." Ucap Sana lalu merogoh sapu tangan dari dalam sakunya. Mengusap belakang telinga suaminya yang terdapat noda merah. "Ada darah di belakang telingamu."

Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang