way home - 3

1.5K 164 34
                                    

Ini panjang banget, males ngecek lagi jadi sorry kalo ada typo. Semua gak bosen bacanya.

Happy reading....

.

.

.

Di halaman belakang sebuah rumah, seorang anak laki-laki sedang asik memberi makan beberapa kelinci peliharaan. Dia terkikik senang saat kelinci-kelinci berbulu lembut itu mengerumuninya berebut wortel yang anak itu pegang. Dialah Ryuto.

Brukk...

Tubuh kecil Ryuto terhempas jatuh di atas tanah setelah mendapatkan dorongan yang tiba-tiba.

Ryuto sudah melotot marah. Namun begitu tau siapa yang sudah mendorongnya, Ryuto langsung menunduk kembali.

"Udah kubilang ini kelinciku, jangan deket-deket sama kelinciku!" bentak Minju, dia melihat beberapa wortel yang berceceran di tanah. Segera Minju mengambil wortel tersebut dan membuangnya jauh.

"Jangan kasih makan kelinciku lagi!" lanjutnya.

Ryuto sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia hanya bisa menunduk sambil memegangi lututnya yang tak sengaja lecet tergores bebatuan saat jatuh tadi.

Mata pria kecil itu berkaca. Meskipun berusaha untuk kuat, tapi nyatanya Ryuto masihlah anak umur 6 tahun. Tentu saat merasakan sakit, dia akan menangis.

Tess..

Setetes air mata meluncur dari mata bulatnya.

Minju masih berdiri menatap sebal pada Ryuto, tidak ada penyesalan atau bersalah sedikitpun dari gadis cantik itu. Justru Minju terlihat memutar matanya dengan malas.

"Dasar cengeng!" ucap Minju lalu berbalik badan meninggalkan Ryuto begitu saja, kembali berniat memasuki rumah.

Namun saat hendak masuk kedalam rumah, dia berpapasan dengan Sana yang bergegas keluar rumah. Pandangan keduanya bertemu. Ekspresi Minju sama sekali tidak berubah, hanya datar bahkan seolah mengejek. Sedangkan Sana hanya bisa menatap sendu pada putri Tzuyu itu.

Sana lekas kembali menghampiri Ryuto, segera memeriksa keadaan anak itu.

"Ryu, kamu gak papa?" tanya Sana, dia sudah panik setengah mati. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat putranya jatuh di dorong, Sana sudah berusaha lari untuk mencegahnya tadi namun dia kalah cepat.

Ryuto mengangguk, menghapus matanya yang berkaca kemudian tersenyum lebar.

"Hehe gak papa kok Ma." Sana tidak lantas percaya, hingga dia menatap ada yang janggal. Rupanya Ryuto sengaja menutup lututnya dengan tangan.

Sana memegang tangan Ryuto untuk menyingkir dari lutut.

"Astaga, berdarah Ryu." lirih Sana melihat lutut itu sudah mengeluarkan darah meski tidak banyak.

"Tapi gak sakit kok Ma."

Sana menggeleng. Mengulurkan tangannya untuk mengajak Ryuto berdiri. Ryuto hanya bisa mengekor dibelakang Sana saat ibunya ini menggandengnya untuk diajak masuk kedalam rumah.

Kemudian di dalam rumah, Ryuto menggigit jempol tangannya sendiri untuk menahan perih saat Sana mengoleskan obat merah pada lututnya. Setelah menutup dengan plester, Sana menatap sedih kearah Ryuto. Anak itu memberikan senyumannya, justru senyuman itu makin membuat pedih di hati Sana.

"Ck Mama jangan nangis, aku gak papa kok." Ryuto mengusap kedua pipi Sana yang basah. Bukannya berhenti, tangisan Sana justru kian menjadi.

Sana sangat sedih. Merasa marah pada dirinya sendiri. Dia tidak buta, dengan jelas dia selalu melihat Ryuto di perlakukan kasar oleh Minju. Selalu, hampir setiap hari.

Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang