kill this love 2

1.2K 133 40
                                    

Happy reading...

.


.


Pernyataan Tzuyu semalam mengganggu pikiran Sana. Sama mengganggunya dengan kehamilan ini. Perutnya jadi sering kram, pangkal paha sakit tak tertahankan dan punggung terasa pegal. Hari persalinan masih sangat jauh, bahkan ini baru masuk awal bulan ke tujuh, tetapi sakit makin kerap. Padahal waktu hamil Minju tak separah ini.

"Mommy!" Putri kecilnya bergerberteriak iak nyaring sembari menerobos kamarnya, Minju berlari menghampiri ranjang Sana dengan raut kebingungan. "Loh kok Mommy belum bangun sih?" Tanyanya saat melihat Sana masih berbaring di atas ranjang, sedangkan dirinya sudah sangat rapi memakai seragam sekolahnya.

Sana tersenyum kecil, dia mengelus surai lembut putrinya yang berdiri disamping ranjang tersebut.

"Mommy sakit?"

"Mommy gak sakit kok, Sayang. Cuman perutnya agak gak enak sedikit."

"Oh adek bayi nakal ya?" Tanyanya polos, Sana jadi terkekeh sendiri.

"Sedikit. " Minju berdecak pelan lalu mendekatkan wajahnya pada perut besar itu.

"Ishh adek nih! Gak bole nakal ke Mommy, Kakak gak suka ya kalo adek nakal. Awas ya, Kakak nanti gak mau jadi temennya adek." Ancam Minju berbicara pada perut Sana.

"Wih berhasil loh, perut Mommy udah agak mendingan pasti karena adek bayi dengerin kata-katanya Kakak. Makasih ya kak Minju." Minju tersenyum malu-malu.

"Sebenernya tadi aku pengen minta Mommy buat masakin nasi goreng buat aku, tapi ternyata Mommy sakit. Yaudah gak jadi deh."

"Maaf ya Sayang, hari ini Mommy gak bisa bikin sarapan dulu. Mommy tadi udah minta Bibi buatin sarapan buat Minju kok."

"Iya Mommy, gak papa kok. Yaudah aku siap-siap mau berangkat sekolah dulu ya Mom."

"Iya Sayang." Sana mendekatkan wajahnya kepada sang putri, diciumnya bibir Minju dengan lembut kemudian anak itu terkekeh dan bergegas keluar dari kamar ibunya.

Sana menyamankan diri lagi, hari ini rasanya ia begitu malas untuk beraktivitas dengan rasa sakit yang seperti ini.

Baru sebentar Sana memejamkan mata, ketukan di kamarnya membuat ia terjaga kembali. Tak lama pintu terbuka, asisten rumah tangganya menyembulkan diri dari balik pintu itu.

"Kenapa Bibi?"

"Maaf Nyonya, barusan nona Minju sudah berangkat. Tapi... nona Minju tidak mau sarapan, bilangnya cuman mau makan masakannya dari Nyonya."

"Hah? Lha trus? Bibi bekalin sesuatu buat Minju gak?"

"Iya Nyonya. Roti lapis dan buah-buahan."

Sana memijit pangkal hidungnya, harusnya dia sudah tau kalau sang putri akan berulah seperti ini. Tadi anaknya bilang ingin dibuatkan sarapan, Sana kira saat meminta Minju untuk sarapan dulu dengan masakan asisten rumah tangganya maka Minju akan menurut. Ternyata malah tidak, putrinya itu lebih memilih untuk melewatkan saja kegiatan sarapannya yang penting itu

"Sekali lagi maaf ya, Nyonya."

"Huft yaudah gak papa Bi, bukan salahnya Bibi juga."

Wanita paruh baya itu merasa lega, "lalu apa ada yang bisa saya lakukan? Nyonya butuh sesuatu?"

"Gak ada kok Bi, lebih baik Bibi lanjutin aja kerjanya. Kalo aku butuh sesuatu nanti panggil Bibi."

"Baik Nyonya, permisi."



Oneshoot Sana × TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang