Butuh hampir satu jam bagi Gin untuk sampai di toko Urahara. Perlahan tapi pasti juga lokasi toko Urahara sendiri cukup terpelosok. Sepertinya meskipun Kisuke sangat cerdas tapi itu hanya untuk satu dan beberapa hal saja. Tidak untuk bisnis atau semacamnya. Melihat letak dan apa yang di jual itu cukup kentara, bahkan anak sd akan mengerti.
Gin melihat sepasang sepatu asing di depan, membuatnya bertanya-tanya sejak kapan toko ini memiliki pembeli. Namun, pikiran itu segera sirna karena tidak mungkin. Dan benar bahwa itu adalah bidak wanitanya.
Dia bisa mendengar gumaman seorang wanita asing dan melihat dari hakinya. Setidaknya beri mereka privasi dengan tidak menguping bukan.
*Screet.*
Membuka pintu geser tradisional jepang, Gin melihat Kisuke dan seorang gadis sedang mengobrol juga satu boneka singa yang sedang berdiri berkeringat jika ia punya. Gin hendak tertawa melihat tingkah Kon tapi menahannya.
"Oh... apakah aku menganggu." Ucap Gin dengan mengambil tempat tepat di sebelah gadis berambut hitam itu. Ucapan dan tindakannya sungguh bertolak belakang.
"Oh~ kau sudah datang... perkenalkan ini Rukia Kuchiki dan boneka itu... hmmm.. sebut saja Kon, singa, kucing, boneka, apapun... sesukamu." Kisuke memperkenalkan sang gadis dengan senyuman dan Kon dengan acuh tak acuh.
"Oi.. pak tua!! Beri aku sedikit kesan baik!! Bukankah kau yang membuatku.." geram datang dari Kon. Melupakan bahwa ia adalah sebuah anomali bagi manusia biasa. Nah dia tidak memiliki otak.
"Senang bertemu denganmu." Rukia berwajah bertanya-tanya namun tetap mengangguk dengan senyuman, setidaknya Kisuke yang memperkenalkan dirinya. Hal itu berarti remaja itu memiliki bisnis dan hubungan dengan pria berantakan itu. Jadi tidak akan ada hal buruk akan terjadi dan tidak perlu mewaspadainya. Meski harus mengakui dan bersyukur bahwa ada permen mata baginya .... di samping... sigh. 'Kenapa aku dikelilingi oleh pria bermasalah.'
Gin mengangguk balas senyum pada Rukia. "Senang bertemu dengan kalian juga... aku Ginaki Oosuki. Oh jangan meledak Kon.. tenang di sana." Kemudian dia melihat Kon hendak mengucapkan kata-kata suci ditujukan untuknya sebelum menghentikannya.
"Huh!.. Jika bukan ada Nee-san di sini." Kon melipat tangan mungilnya sambil mendengus. Ya dia kenal pria cantik itu. Siapa lagi jika bukan orang yang menyebut teman tapi tidak pernah menaruh hormat kepadanya. Bahkan anggota lain ikut-ikutan. Memikirkannya saja membuatnya cemberut. Hadiah yang ia terima juga tidak terlalu berguna sebab kekuatan jiwanya sangat lemah. Bukan hanya lemah tapi ada imbuhan sangat. Itu membuatnya tertekan.
"Kon? Kau mengenalnya?" Datang pertanyaan dari Rukia.
Begitu suara indah Rukia masuk di telinganya Kon kembali bahagia dan menjawab sepenuh hati, "Ya dia adalah pria brengsek yang selalu mengabaikanku. Apanya yang teman. Tsk!"
"Hoo~ kenapa aku baru tahu." Kisuke bertanya, tiba-tiba memasuki diskusi.
Gin hanya mengangkat bahu, "Tidak bertanya." Lalu menyeringai kemenangan.
"Tsk!" Terdengar decakan lidah yang sangat lirih membuat Gin merasa puas.
'Sepertinya ini tidak ada di skemamu bukan? Kisuke?' pikir Gin.
"Lalu apakah ada pembicaraan penting sebelum aku datang?" Gin memutuskan untuk datang ke urusannya.
"Ah tidak ada... Gadis Kuchiki-san disana sedikit melemah katanya dan ingin berkonsul tentang gigainya." Jawab Kisuke kembali ke nada riangnya.
Gin menatap Rukia yang mengangguk. "Yah bukankah itu karena gigai khusus yang ia pakai, Urahara-san?..." Gin mengambil sedikit jeda untuk menatap menuduh pada kisuke sambil menyeringai lebar, lalu melanjutkan, "Sepertinya itu gigai yang sangat khusus bukan... sangat ... sangat ... sangat ....khusus~."
Melihat mata Kisuke yang melebar sedetik seringai di wajah Gin semakin melengkung ke atas. Pria Kisuke ini terkadang ceroboh dan ia hanya ingin mengingatkan satu. Itulah mengapa aizen satu langkah di depannya.
Tapi Gin harus mengakui bahwa pria ini lebih cakap dan cerdas dari pria Aizen itu. Benar Aizen sangat berhati-hati namun, ia membutuhkan banyak waktu mendesain rencananya. Sedang Kisuke suka mencari jalan pintas penuh bahaya. Yah dia adalah seorang ilmuan gila jadi itu tidak mengherankan.
Rukia menatap penuh tanya.. sangat bingung dengan interaksi mereka berdua. Ada apa dengan gigainya? Adalah pertanyaan tersirat secara tidak langsung.
Kon? Lupakan.. karena otak saja ia tidak ada.
Kisuke membentangkan kipasnya menyembunyikan seringai di wajahnya. "Hoo~ sejak kapan?"
Gin sedikit mendangak dan meletakkan telunjuknya di dagu, berpura-pura sedang berpikir keras. Lalu beberapa detik kemudian dia berkata, "tidak tahu~." Sambil menyeringai puas lebih dari sebelumnya.
"Hanya ingin mengingatkan sedikit berhati-hati dan berpikir berulang kali untuk memperlakukan seorang gadis cantik. Ck ck ck" Tambah Gin menggelengkan telunjuknya di depan wajah Kisuke.
Gin beralih ke Rukia, "Ojou-chan.. jika pria ini membuatmu kesal.. tendang saja pantatnya." Ucap Gin menunjuk ke arah Kisuke.
Rukia sedikit memerah malu di panggil Ojou-chan, tidak ada yang pernah mengucapkan kata itu meskipun dia adalah saudara kepala keluarga Kuchiki karena penambahan kata 'tiri dan pungut' menyertai. Lebih dari itu sebutan yang digunakan remaja itu cukup memalukan karena dengan sufiks -chan bukan -sama. "J-jangan... cukup panggil aku Kuchiki...."
Gin mengangkat satu alisnya. Dia tidak ingat Rukia pemalu ini. "Baik jika seperti itu... apakah Rukia baik-baik saja? Aku yakin Kuchiki bukan nama belakang aslimu."
Rukia mengerutkan kening mendengarnya. Dia menatap Gin sedikit waspada.
"Jangan lihat aku seperti itu.. aku 17 tahun tahu. ... tidak mungkin tahu asal usul keluarga Kuchiki. Aku hanya tahu.. itu saja." Gin melambaikan tangannya.
Alasan Gin sangat logis dan diterima jadi Rukia beralih ke Kisuke. Hanya satu tersangka tersisa dan tidak lain tidak bukan adalah pria itu.
"Tidak bukan aku~. Aku adalah penjaga toko tampan yang ramah. Dia hanya ..bisa dikatakan muridku" Kisuke mengangkat kedua tangannya menyerah. Ya dia berkata jujur tapi Rukia tidak mungkin akan percaya dan tidak mungkin Kisuke membocorkan yang akan melanggar kesepakatan. Salah satu hal yang Gin minta adalah tidak ada informasi apapun tentangnya serta darinya yang bocor tanpa izinnya.
Rukia menatap intens pada Kisuke beberapa saat sebelum menghela nafas. Biarpun itu benar-benar kisuke yang membocorkan lalu bisa apa dirinya? Menantang seorang mantan Kapten? Tidak mungkin. Jadi dia hanya menerimanya begitu saja dan menaruh kepercayaan pada Kisuke. Setelah beberapa hari bersama pria itu Rukia sedikit tahu sifatnya yang tidak akan mendatangkan bahaya setidaknya untuk rekan dan teman terdekat.
"Baik... Kalian berdua boleh pulang.. aku ada urusan dengan anak menyebalkan ini." Kisuke mengusir kedua gadis dan boneka. Mendapatkan protes keras dari sang boneka.
Rukia membungkuk, "Jika ada kesempatan kita akan bertemu kembali." Ucapnya kepada Gin sebelum menghilang pergi.
"Yah kita akan.. toh kita adalah bidak seseorang setidaknya kau dua." Jawab lirih Gin tidak membiarkan Rukia mendengar sebelum terkekeh. Bukanlah hal baru baginya menjadi sebuah bidak atau bahkan umpan meriam.
"Jadi ada apa gerangan memanggilku?" Tanya Gin kepada Kisuke.
"Ikut aku." Alih-alih menjawab Kisuke berdiri sebelum mengeluarkan jiwa Gin dari tubuhnya. Kisuke mengamati sebentar, mengangguk dia membuka mulutnya, "Sepertinya peluang sedikit naik." Gumamnya pada dirinya sendiri.
Gin bisa mengendus bau-bau tidak enak dari hal ini. "Apa lagi yang kau rencanakan pak tua?" Tanyanya memiringkan kepala bingung. Gin tidak takut dengan apa yang pria itu ingin coba. Hanya sebuah penasaran mengusiknya.
"Jadikan kau shinigami freelance." Jawab Kisuke sambil berjalan menuju tempat latihan.
Gin memutar mata, " Belum satu bulan debutku sebagai Fullbringer dan sekarang akan bertambah satu... Serius pak tua??!!??
KAMU SEDANG MEMBACA
Deviate Otaku di Multiverse
Fanfiction!!Warning!! Karya ini tidak untuk bocah!!bagi yang berusia kurang dari 18 tahun mohon mundur. !!Warning!! Author tidak akan bertanggung jawab !!! Ini adalah kisah klise lainnya tentang seorang pria bereinkarnasi di suatu dunia fiksi dengan beberapa...