"Yo! cukup lama menunggumu." Gojo mengangkat satu tangannya untuk menyapa Gin yang telah kembali, tanpa menurunkan cangkir teh di tangan lainnya.
"Anggap saja aku ada bisnis mendadak." Gin mengangkat bahunya kepada pria berpenutup mata. Menjatuhkan diri di sofa, Gin melanjutkan, " Jadi, perubahan rencana?"
"Gii-kun apakah kamu lapar?" Mamako menginterupsi. Menurutnya tidak ada yang lebih penting daripada Gin. Pria tampan itu bisa menunggu sampai mati. Sudah satu hari dia tidak melihatnya, jadi dia perlu bertanya apakah Gin lapar atau tidak.
"Tidak, aku sudah makan dalam perjalanan. Mungkin besok." Gin tersenyum. Sebenarnya dia tidak ingin menolak, tetapi situasi ini tidak cocok untuk itu.
"Oh begitu." Mamako menanggapi dengan kecewa." Kalau begitu kalian bisa mengobrol." memberikan senyuman kecil sebelum pergi. Tapi tak lupa memberikan sebuah tatapan kebencian total kepada salah satu pria.
Gojo memiliki mulut berkedut, 'Ada apa dengan perbedaan perilaku dan perlakukan ini!!' Dia memprotes kepada siapapun yang mendengar.
Sebelum ini, Dia datang dengan baik-baik hanya untuk menerima kata kata suci sebelum bantingan pintu di muka. Dia harus memeras otaknya agar Mamako menerimanya ke dalam dan akhirnya menyesap teh dengan damai.
Ya, tidak benar-benar damai karena Mamako akan selalu memandangnya secara bermusuhan, seolah keberadaannya tidak di terima sama sekali, bahkan dia bertaruh jika Mamako mendapatkan senjatanya dan ini bukan rumahnya, maka tanpa keraguan, wanita itu sudah mengincar lehernya atau adik laki-lakinya yang malang di bawah sana.Lalu, di sini, dia di sajikan Mamako dalam tampilan jinak. Dia tidak mengerti akal sehat wanita dan tidak akan pernah mencoba untuk mengerti.
Gojo menoleh ke arah Gin, mencoba mencari tahu apa yang dilakukan anak ini untuk bisa mengubah singa liar menjadi kucing jinak.
"Sensei, jangan lihat aku seperti itu. Aku masih lurus." Gin berkata dengan serius.
"Melihat? heh, seperti penutup mata di kepalamu tembus pandang seperti milikku." Tidak menemukan apapun yang istimewa, Satoru melempar hal itu ke belakang. Dengan nada riang biasanya, dia berkata, "Ada perubahan karena kepala sekolah kita tercinta menerima surat dadakan. Tidak tahu apa isinya tetapi pastinya itu adalah hal yang membosankan."
Satoru menghela nafas lelah, "Sebenarnya aku tidak ingin hadir, lebih baik mencari wanita untuk menghangatkanku daripada berkumpul dengan pria tua seperti kepala sekolah."
"Mari kita hentikan curhatan itu. Aku tidak peduli dengan kehidupanmu sensei." Sebelum mengoceh lebih banyak lagi, Gin menghentikan mulut Gojo. Pria ini selalu mengeluhkan hal tidak berguna yang tidak berdampak kepada siapapun bahkan pria itu sendiri.
Satoru tertawa, "Yosh, bagaimana jika kita berangkat?"
Gin mengangkat alisnya, sambil menunjukkan pakaiannya, dia berkata, ".. Dengan.. tampilan seperti ini?"
Satoru menyeringai, "Ya, jika kamu memang ingin pertemuan ini menjadi 'tidak membosankan' lagi. Atau kamu pendukung sisi 'biasa'?"
Mendapatkan maksud tersembunyi gurunya, Gin mengangguk realisasi, "Ohh.... kita akan ke pemakaman? jika begitu, maka tidak bisa memakai pakaian terlalu formal, kan? Kesenangannya akan hilang."
Satoru senang bahwa dia memiliki murid yang satu frekuensi dengannya, dia bertepuk tangan dan berkata, "Nah.. Itulah muridku."
Namun, tiba-tiba Gin merasa aneh, "Lalu kenapa sensei masih memakai pakaian bau itu?"
"Oi ini masih baru. Aku memiliki banyak setelah yang sama! Dan kenapa tidak, yah bisa dikatakan mempertaruhkan jabatanku. Jadi tidak." Mengatakannya, Satoru berdiri, mengambil Gin di kerah belakang, seperti kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deviate Otaku di Multiverse
Fanfic!!Warning!! Karya ini tidak untuk bocah!!bagi yang berusia kurang dari 18 tahun mohon mundur. !!Warning!! Author tidak akan bertanggung jawab !!! Ini adalah kisah klise lainnya tentang seorang pria bereinkarnasi di suatu dunia fiksi dengan beberapa...