Bab 50 - Misi Selesai

409 56 7
                                    


Gin setelah melakukan penjarahan di suatu tempat remang-remang, muncul di atas awan, menonton bentrokan para kage dan Sannin. Itu baru awal, dia sebenarnya ingin melihatnya karena ini adalah tontonan perdana, tidak akan bisa terulang lagi.

'Yah aku sudah mendapatkan apa yang aku butuhkan dan dengan ini misi sepertinya sudah selesai. Aku merindukan masakan, Mamako.' Pikirnya ragu-ragu. Kedua sisi jiwanya sedang bertarung antara menonton tayangan eksklusif atau kembali ke Mamakonya.

Pada akhirnya, Gin memutuskan untuk menonton ini lebih lama, toh dia tidak tahu apakah pengembalian menunggu jeda atau tidak karena tidak mungkin di teleportasikan begitu misi selesai.

Gin menonton pertarungan di atap dengan antusias, visual dan efek terasa nyata pada indranya. Asap, kepulan debu, lemparan jutsu, kunai, dan sebagainya, Gin baru kali ini mengalami sensasi seperti itu. Di bumi, efek tambahan 4D tidak bisa dibandingkan dengan pertunjukan langsung.

Begitu pertikaian sampai pada titik tertentu, Gin berdiri.

"Mokuton Hijutsu: Jukai Kotan."

Suara gema Hokage pertama masuk ke telinganya di barengi dengan atap yang di tumbuhi pohon lebat.

"Wow... Divisi perhutani pemerintahan modern harus memiliki pria itu di dalam." Kata Gin sambil membentuk tangan kiri seperti teropong pada mata kirinya.

Menggeser ke satu sudut atap, Gin menangkap bahwa Ular yang selama ini terlihat diam, keluar dari layar, hendak melakukan sesuatu, chakranya bergerak, ini pertanda bahwa jutsu akan dilemparkan. Dia tidak bisa membiarkan ular ini lari dengan sia-sia.

Gin kemudian muncul tepat di sampingnya dengan sebuah tombak di tangannya.

Begitu merasakan seseorang tiba-tiba muncul di sampingnya tanpa diketahui, Orochimaru segera menindak lanjuti dengan hendak melompat menjauh, dia bukan pejuang jarak dekat, fisiknya tidak sekuat Jiraiya. Tapi.. tiba-tiba saja dia menelan keinginan itu ketika mendengar seseorang itu mengatakan...

"Sshh... lebih baik diam .. kamu bisa mati. lohh~."

Nadanya sangat riang bagi kebanyakan orang, tapi itu sangat berbeda untuk Orochimaru. Bisikan iblis masih lebih merdu dari itu, bukan karena aura atau nada yang digunakan, tapi Instingnya berteriak putus asa.

Orochimaru membeku tak bergerak, tubuhnya tidak mau bergerak. Keringat dingin mengalir deras dari punggungnya. Instingnya bergejolak tak terkendali, mencegahnya untuk melakukan gerakan apapun atau dia akan benar-benar mati. Tubuhnya tanpa sadar gemetar.

'Pe-perasaan ini... Tidak tidak tidak!' Orochimaru sudah melupakan perasaan yang sedang dialami saat ini. Perasaan setiap bit selnya membeku, bulu kuduknya berdiri tegak. Sudah berapa dekade lamanya dia tidak merasakan hal ini. Bukan berarti dia akan melupakan sensasi menusuk jiwa. Dia tidak bisa salah. Dia saat ini sedang ketakutan, takut akan kematian.

Namun, dia yang mengejar keabadian, dihadapkan dengan perasaan menyengat jiwa seperti itu, mau tidak mau menyangkalnya. Egonya terlalu sombong untuk mengakui bahwa dia benar-benar ketakutan. Dia memang licik dan perhitungan, tapi ketika seseorang dihadapkan kepada kebenaran, usaha selama hidupnya menjadi sia-sia, sudah wajar jika mereka menyangkal kenyataan tersebut. Orochimaru tidak terkecuali.

Parahnya, Semua itu berasal dari seorang pemuda tampan di sampingnya. Dia menggunakan banyak tenaga hanya untuk melirik sosok muda tersebut. Bahkan Hokage maupun kage lainnya tidak pernah menciptakan perasaan tersebut. Dan itu malah datang dari bocah bau ini!

Dia tahu melawannya akan menjadi percuma karena dia bahkan tidak tahu ada seseorang di sana hingga itu begitu dekatnya dan berbicara. Anak itu bisa saja membunuhnya jika dia mau. Tapi, harga dirinya cukup tinggi dan dengan semua kacaunya rencananya, kepala Orochimaru cukup rusak.

Deviate Otaku di MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang