Matahari telah kehilangan kecemerlangannya bagi bumi timur, bertukar posisi oleh kawannya, Bulan.
Kerlap kerlip iklan toko, gemerlap lampu-lampu warna warni, dan cahaya monoton lampu jalan menerangi gelapnya hari. Masing-masing membuat suasana menjadi semarak dan membawa kehangatan di mata.
Beberapa kali sepedah bermotor batuk asap di jalanan, mayoritas membawa sebuah tas kotak besar di bagian belakang.
Manusia tak mau kalah, mereka berdesak-desakan, memeriahkan malam sepi dengan canda tawa dan keluhan betapa hari sangat melelahkan. Banyak diantaranya masuk ke sebuah kedai sebelum keluar bersama tubuh terombang-ambing.
Seorang pria sempoyongan, memegang botol kaca sambil bergumam tidak jelas. Pria itu membawa tubuh lemasnya ke sebuah gang tanpa di sadari.
Melihat bahwa gang itu kosong, pria ini mendecakkan lidahnya, "Ck.. Tidak ada.. hick.. wanita... hick.. hari yang.. hick.. persetan!"
Dia hendak berbalik pergi, tetapi mengurungkannya ketika melihat hal di luar imajinasi manusia. Jika dia tidak mabuk, maka dia pasti akan lari dengan ekor di belakang menuju ke kantor polisis dan melaporkan fenomena magis tersebut.
"Ohh.. apakah dewi .. hick.. seksi memanggilku? hick.. akhirnya.. hick.. gulp glup glup.. fuah.. tahu pesona pria ini." Ucap pria itu sambil sesekali meneguk sake murahan di tangannya.
Namun, kenyataan tidak semegah itu, alih-alih wanita seksi yang diinginkan, seorang pria tinggi lebih dari 2 meter, tanpa satu helai pun kain, muncul dari dalam portal gelap tersebut.
"*ptui* persetan dengan Dewi!!" Pria itu meraung tidak puas. Dia dengan galak mencoba mendekati perusak pemandangan, matanya ternoda melihat belalai panjang itu, dan tubuh tegak berotot namun ramping yang sempurna tidak membantu sama sekali selain membuatnya semakin iri.
"Ikemen harus mati!" Ucapnya tidak sadar. Dia menggerakkan tangannya dan melempar botol kaca ke arah pria telanjang itu.
*Tangkap*
Tanpa membuka matanya, Gin menghadap ke pelempar botol yang dia tangkap itu. Membuka sedikit, Gin melihat bahwa pria itu memakai pakaian yang terlihat bermerek.
Mengabaikan perkataan tidak jelas dari pria acak, Gin mengangkat tangan kirinya sebelum membuat gerakan menggenggam udara.
Mob acak yang sedang mengeluhkan dunia, mendadak merasakan ada sesuatu yang menariknya. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah berada di cengkraman pria yang dia ludahkan.
Wajahnya tidak bisa membantu lagi selain segera berubah menjadi teror.
Gin membuka matanya dan berkata, "Mati."
*Kreackk*
Suara retakan mengiringi keheningan gang.
Mengabaikan sensasi basah dari air mata dan darah mob acak, Gin segera menggeledah tubuhnya. Dia menemukan banyak uang, sekitar 20 ribu Yen, dan sebuah smartphone. Ponselnya tidak semegah dan secanggih tahun dimana Gin kehidupan sebelumnya, tetapi modelnya adalah model terbaru.
Melihat jumlah uang cash, Dia kemudian bertanya-tanya mengapa pria ini tidak membeli minuman keras yang lebih mahal dan lebih enak daripada barang botol murahan itu. Namun, dia tidak memusingkan mencoba menebak kebiasaan sebuah mayat belaka.
"Ini cukup untuk membeli baju kurasa." Kata Gin sambil melempar gumpalan daging berbentuk manusia ke balik tempat sampah dan membakarnya menjadi abu.
Menatap ke cakrawala, Gin tersenyum, "Sekarang, itu sepertinya sedang mencariku. Apakah itu sistem Grup Chat? Sepertinya tidak sampai apa yang aku harapkan sebelumnya. Sangat menarik. Mereka pasti kacau di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deviate Otaku di Multiverse
Fanfiction!!Warning!! Karya ini tidak untuk bocah!!bagi yang berusia kurang dari 18 tahun mohon mundur. !!Warning!! Author tidak akan bertanggung jawab !!! Ini adalah kisah klise lainnya tentang seorang pria bereinkarnasi di suatu dunia fiksi dengan beberapa...
