Bab 58 - Barang Jarahan

593 46 5
                                    

Burung-burung bercocok suara, saling melengkapi, membawa kericuhan di sejuknya hari.

Sinar mentari, menembus melewati jendela bening, memancar ke seluruh ruangan, menyoroti dua sejoli yang sedang tertidur pulas. Hingga, salah satu manusia, memiliki mata yang bergerak-gerak, perlahan, mata merah darahnya terungkap.

Gin menguap puas sebelum menoleh ke bawah dimana Mamako tertidur lelap, ada jejak air liur kering di dadanya dan air basah di pipi Mamako.

'Yah malam itu terlalu liar, dia pasti kehilangan seluruh tenaganya sampai tidak memperhatikan caranya tertidur, seperti mayat saja.' Pikir Gin tersenyum lucu.

Dengan hati-hati Gin memindahkan Mamako yang tidak bagun meskipun mendapatkan gerakan terlalu banyak, bisa di ketahui betapa lelahnya dia.

Sebagai laki-laki yang baik, Gin mengambil celana di lemari, bertelanjang seperti itu, menuju ke dapur, berniat untuk membuatkan beberapa kudapan bagi Mamako ketika dia bangun. Gin yakin Mamako membutuhkan banyak energi, untuk membalas kehilangannya tadi malam.

Gin sendiri, dia tidak perlu makan lagi, selama dia kembali ke dimensinya, dia sudah tidak perlu makan apapun karena dengan menghisap energi di dunia itu Gin bisa mengganti kebutuhan akan makanan. Asupan 'makanan' utamanya adalah dimensinya itu, jika hanya makanan biasa di dunia ini, itu akan memberatkan di kantong. Dia sudah mencobanya beberapa tahun lalu dan waktu itu saja porsi yang Gin butuhkan setara dengan satu bulan makanan untuk sebuah keluarga kecil sebelum rasa laparnya benar-benar terpuaskan. Setelah itu GIn tidak pernah mengandalkan makanan normal.

Memikirkan kebutuhan makannya, GIn menjadi tidak sabar ingin menerobos secepatnya, tapi waktu tidak memungkinkan.

'Kesabaran memang sangat diperlukan dimana dan kapanpun.' Pikir Gin.

Membuka lemari es, Gin tidak terkejut ketika lemari itu sudah penuh dan lengkap dengan bahan-bahan makanan. Sayang, Gin tidak bisa memasak seperti Mamako, dia hanya seorang mandiri, manusia nomaden yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain sendirian, dia memiliki skill memasak, tapi tidak sehebat itu. Dia hanya bisa menyajikan kudapan sederhana.

"Mungkin Tamago dan Takoyaki." Gumam Gin sambil meraih tiga buah telur, dan sebuah wadah. Dia membawa keduanya ke meja masak, pergi ke satu sudut dimana beras berada, tidak sebelum mengambil wadah untuk persiapan, "Dan tentu saja, nasi, tidak ada yang bisa mengalahkan nasi dalam hal kebutuhan energi, hmm,, mungkin gandum."

Di dapur, Gin bergerak selayaknya seorang profesional, kecepatannya dalam menangani bahan mungkin lebih cepat dari profesional di luar sana, tapi ketepatannya, bisa dikatakan Gin cukup kacau, dia perlu berlatih lebih jauh lagi.

Pertama-tama Gin memperlakukan nasi lalu Takoyaki terlebih dahulu, Tamagoyaki akan menunggu nanti karena membutuhkan penanganan langsung agar tidak berdampak sebaliknya bagi kesehatan, sedangkan dia belum tahu kapan pastinya Mamako membuka mata.

Beberapa menit kemudian, Gin selesai memuat dua karya mentah dari hidangan itu.

Gin merasa malu melihat hasil mentah yang dia buat, tetapi memikirkan bahwa 17 tahun ini tidak pernah menyentuh pisau, apalagi, bahan makanan. Itu masih mengesampingkan banyak waktu yang terbuang dari pelatihannya. Jadi, Gin segera kembali tenang. Dia bisa menjadikan alasan itu sebagai dalih jika Mamako bertanya dan mengejek karyanya. Ini juga karena Ibunya selalu memiliki alasan yang solid agar Gin menghindar dari dapur.

Lalu, Gin pergi ke kamar untuk mengecek apakah ibunya sudah bangun. Namun ternyata masih tertidur seperti mayat tak bergerak di ranjang.

Gin tersenyum sedikit dan segera merapikan selimut. Membiarkan Mamako tertidur lebih lama. Tapi tak lupa, Memberikan kecupan sedikit di dahi, menyebabkan Mamako mengerang puas dan menyunggingkan sedikit senyuman, kemudian Gin meninggalkan ruangan, melirihkan sedikit mungkin kebisingan.

Deviate Otaku di MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang