Bab 59 - Mati dan Keributan

398 44 5
                                        

(A/N: Ini akan menjadi bab bonus terakhir karena menghilang selama beberapa minggu. Saya harap anda puas, jika masih belum maka lebih baik carilah seorang wanita yang mau dengan anda!!

P.S. Masih belum tahu apakah ada waktu luang/inspirasi atau tidak, tetapi saya berharap para pembaca yang budiman masih menyimpan cerita ini di perpustakaan mereka. Dan terimakasih XD

P.S.S. Jangan menjadi bajingan mesum yang hanya menantikan bab 18+, berubahlah, jika tidak anda akan menjadi sage Jiraiya, mengikuti jejaknya. Atau mungkin anda memang mengidolakannya?)

***********************************************************************************************

"Kuugrhh... ini tidak ada di dalam naskah sialan!!" Gin menggertakkan giginya sekuat yang dia bisa, menghasilkan bunyi keras menggema di seluruh ruang saku milik Gin.

Dia saat ini sedang menahan transformasi yang mungkin akan mengubah keseluruhan hidupnya, jika dia berhasil maka dia akan hebat, jika tidak, mungkin akan mati.

Namun, terlepas dari konsekuensi, Gin termasuk orang yang cukup gegabah, jadi tidak terlalu memikirkannya. Seperti yang banyak orang katakan,

Belum dicoba siapa yang tahu.

Gin bertaruh kepada keberuntungannya. Dia merasa dirinya bukanlah karakter sampingan belaka, hal ini diperkuat dengan alasan adanya Mamako. Mamako adalah Karakter utama di dalam ceritanya, jadi dia bisa memastikan keberuntungannya tidak sejelek ketika di kehidupan sebelumnya.

Saat ini Gin menahan rasa sakit yang disebabkan dari sebuah lingkaran sihir kompleks di bawah kakinya yang sedang bersinar sambil melahap semua energi di sekitarnya begitu rakus.

Terproses oleh kerumitan formasi sihir di Altar, energi akan mengubah paksa tubuh Gin dari dalam maupun luar. Tubuh Gin dipenuhi dengan benjolan-benjolan bergerak, layaknya sebuah gelembung di air yang sedang mendidih. Asap hitam pekat maupun putih menguap dari tubuhnya. Matanya memerah, berlinang air merah gelap kental, mulut, dan semua lubang ditubuh tak terkecuali, semuanya mengeluarkan aliran darah kental.

*Spratt*

Bahu, siku, punggung, paha, telinga, perut, membuat sebuah letupan serentak yang cukup untuk terdengar ratusan meter jauhnya. Letupan itu di sertai dengan bau busuk dan tidak sedap, sekaligus beberapa potong daging berterbangan dari masing-masing bagian.

Nyeri, sakit, panas, seolah ratusan, ribuan semut listrik menggerogoti setiap sel tubuh.

Jika bukan karena penyiksaan konstan dari setiap peningkatan kultivasinya, Gin yakin bahwa dia tidak akan bisa bertahan satu detikpun. Seseorang seperti Subaru, jangankan mengalami, anak itu hanya melihat prosesnya saja pasti sudah akan pingsan. Bahkan Naruto dan teman Nakama lainnya, tidak akan berpikir mengalami penyiksaan Gin sedikitpun.

Setu jam,

dua Jam,

semakin banyak waktu berlalu, suasana di dalam dimensi semakin suram. Pohon yang dulunya menyuratkan vitalitas seumur hidup, kini tersisa beberapa helai daun saja di beberapa dahan dan cabang yang berhasil bertahan, ketebalan dan kekokohannya telah hilang digantikan oleh keriput kusam, tampilannya mengenaskan, seolah bisa tumbang kapan saja.

Rerumputan hijau juga ikut berubah warna, seolah dilukis oleh dewa bencana, berganti warna menjadi coklat tak berjiwa.

Kotak-kotak yang sebelumnya semarak, kini telah habis tak bersisa dan semua alat Gin telah hancur lebur menjadi pupuk alami.

Seolah penderitaannya tidak cukup, dari atas, awan gelap hitam pekat tercipta, itu menghentakkan petir hitam yang seolah menelan cahaya itu sendiri, menghantam dimanapun itu bersinggungan.

Deviate Otaku di MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang