Chapter 39 - bangun

504 58 4
                                        

Seminggu kemudian, di satu kamar penginapan, tepatnya kamar seseorang yang selama hampir dua minggu ini tidak menampakkan batang hidung bahkan membuka matanya, di samping tubuh mayat, Terlihat doppelganger dengan rambut hitam pekat mengkilap sedang menatap kembarannya.

Gin baru saja keluar dari pengasingannya dan harus mengakui petir terakhir cukup menyakitkan. Sakit tapi itu tidak terlalu daripada apa yang telah dipersiapkan. Gin tahu bahwa tubuh jiwanya masih baru dan tidak memiliki toleransi petir yang tinggi jadi mengetahui itu tidak terlalu menyakitkan membuatnya sedikit lega. Dia tidak tahu bahwa jiwanya telah beradaptasi dengan tubuhnya.

Memikirkan semua pengasingannya, Gin tiba-tiba merasa bahwa itu membosankan.. sangat. Ketika waktu itu, hanya rasa sakit yang ia terima jadi dia tidak ingin repot-repot memikirkan waktu berlalu dan sejujurnya dia sedikit terlambat dari jadwal yang diinginkan karena alarm kelimanya telah hilang tertelan petir. Benar saja dia lupa memoles alarm itu.. tidak .. sebenarnya Gin hanya malas untuk itu... hal ini menjadikan alarm itu tidak jauh berbeda dengan jam weker biasa dan di bawah sambaran petir.. yah kita tidak perlu menjelaskan apa jadinya bukan?

Melihat tubuhnya dia masih bingung dengan perbedaan yang seharusnya terjadi kepada tubuh jiwanya tapi yang lebih membuatnya bingung adalah bentuk atau rasnya saat ini.

'Masih menjadi misteri mengapa aku tidak merasakan sesuatu yang lain di dalam jiwa ini... seperti yang aku rasakan ketika memeriksa Kisuke, Yoruichi, Tessai, dan Rukia. Seperti... sesuatu hilang.. Atau ... kurang.. aku tidak yakin tapi.. sepertinya aku lebih ke Hollow daripada Shinigami. Ataukah aku versi baru dari Fullbring dan Hollow?' Pikir Gin sebelum menertawakan leluconnya

'Fullbringer bukan ras itu hanya nama kelompok manusia, mereka masih manusia. Lalu apakah ada hubungannya dengan pembentukan yang tidak selesai? Aku ingat bahwa ketika <sesuatu> membentuk jiwaku menjadi tubuh ini, segera setelah tubuh terbentuk <sesuatu itu> menarik diri secepatnya. Seolah-olah <itu> menemukan musuh bebuyutannya yang selalu membawa mimpi buruk atau semacamnya.. ini terla--... tunggu sebentar ... Apakah <itu> takut? ' Seolah menemukan sebuah celah Gin duduk bersila sambil menggosok dagunya.

Otaknya berpacu dengan kencang. 'Takut? Pada apa? Aku tidak ingat <dunia> begitu lemah. Apakah jiwaku terkontaminasi setelah membunuh milyaran manusia di kehidupanku sebelumnya? Itu mungkin tapi hampir nol.. daripada menarik diri <itu> akan melemparku ke neraka seketika. Maka itu harus sesuatu yang lain yang ada di dalam jiwaku... hmmm.... berpikir.. berpikir...'

Setelah beberapa menit memikirkan jawaban tentang misteri yang selama ini menghantuinya, Gin mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Dia tidak menemukan jawaban apapun, tidak sedikitpun... setidaknya belum. Dia merasa bahwa misteri ini akan segera terjawab dan dia akan... bagaimanapun caranya.

Awalnya dia hanya mengira tindakan aneh <kehendak dunia> disebabkan oleh tubuh fisiknya yang telah mengolah ketidaksempurnaan void tapi setelah terpikir lagi. Dia menemukan lubang besar dari hal itu. <Dunia> bukan menyentuh fisiknya tapi jiwanya, membentuknya menjadi bentuknya sekarang. Juga setelah di pikirkan dengan baik, fisik tersebut tidak membuat tubuh tak tersentuh tapi tak terjangkau, lebih ke seorang tamu atau semacamnya, dimana tubuhnya masih bisa tersentuh oleh hukum dunia tapi itu tidak bisa secara langsung mempengaruhinya hingga taraf tertentu tentunya.

Jadi disini misteri besar bermula. Jiwanya adalah bayi saat itu dan sangat rentan tapi kenapa itu sangat ditakuti oleh kekuatan pertama di dimensi?

Memikirkannya sekarang tidak akan mendapatkan jawaban, jadi Gin melemparkannya, menyimpannya ke tengah dan akan menyatukan setiap petunjuk yang di temukan kedepan.

Memasuki tubuhnya, dia langsung di serang oleh geraman perut.

"Benar saja aku belum makan selama hampir dua minggu." Mengelus perutnya untuk meredakan sedikit konser semara di dalam, Gin duduk lalu memutar leher ke arah luar jendela yang masih tertutup gorden. "Dan harus diakui mereka sangat gigih."

Deviate Otaku di MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang