Kalista mengendarai jametnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan ia dan Isna bersenandung ria.
"Harta dan tahta, jelek gak apa apa, asal banyak duitnya yang penting apa?"
"Harta dan tahta, jelek gak apa apa," sambung Isna di belakang.
Kemudian Isna berteriak heboh. "Mantep banget suara gue, udah cocok jadi babunya Cita Citata nih."
"Babu teros!" sahut Kalista dengan volume suara yang kuat.
"Hahahaha," kemudian mereka tertawa bersama.
Begitulah kebahagiaan, sederhana.
"Woi dakjal mata satu, keknya ada motor balap yang ngikutin kita dari belekang tuh," kata Isna menepuk bahu Kalista.
Kalista menoleh ke belakang, namun lansung ditoyor oleh Isna. "Goblok! Liat dari spionlah tolol, kalo lo ngadep ke belakang si ma ma ma martin bakal cabut nyawa kita,"
Kalista terkekeh. "Udah dikatain dakjal mata satu, dikatain goblok, sekarang dikatain tolol." Kemudian Kalista mengarahkan pandangannya pada spion jamet.
"Kek kenal sama motornya," gumam Kalista.
"Eh, makin dekat woi."
Kalista nampak berpikir, kemudian teringat sesuatu. "Anjir, itu motornya si Rean,"
Kalista segera tancap gas sebisa jametnya. "Ayo met, kalo dalam bahaya gini jangan ngelag," pesannya pada motor sendiri.
Sedangkan di belakangnya, Isna menghirup nafas banyak. Hitung hitung kalo nyawanya dicabut si martin dia masih ada stok nafas.
Tapi, mau sekuat apapun jamet Kalista berlari, tak akan terkalahkan dengan motor balap milik sang mantan.
Motor Rean berhenti tepat di depan jamet Kalista. Spontan jamet Kalista ikut berhenti.
"Gue mau ngomong," tutur Rean datar dan menarik tangan Kalista agar turun dari jametnya.
Isna tak tinggal diam. Ia menahan tangan Kalista yang satunya. "Main nyosor aja ni anak."
Kalista merasa canggung. Ia merasa bimbang saat ini karena disatu sisi dia senang saat kontak fisik dengan Rean, disisi lain ia malu, karena hal ini disaksikan oleh Isna, langganan tukang ejeknya.
"Please, ini penting," bujuk Rean.
Rean memberi kode pada Kalista agar membujuk Isna.
"Is, lepas dong, ntar gue traktir air comber."
"Mata lo air comber,"
"Yaudah air kencing aja,"
Isna melepas genggaman tangannya tadi. "Udah, bawa aja nih si dakjal mata satu. Ntar tawaran air makin ngadi ngadi."
Kalista tersenyum merekah.
"Siap ini, bakal trending," kekeh Isna mengeluarkan ponselnya dari saku rok.
"Jancok!"
Isna menjulurkan lidahnya dan memotret sepasang mantan itu.
Rean menarik tangan Kalista sampai di sebuah kedai makan. Sesampainya di sana Ia memesan dua es teh manis.
"Kayak orang miskin aja mesan es teh manis," gerutu Kalista.
Rean menatap Kalista jengkel. "Iya, soalnya waktu gue pacaran diporotin mulu,"
"Iya, diporotin sama selingkuhan, enggak sama pacar," balas Kalista ketus.
Penjual datang membawa dua es teh manis. "Silahkan diminum selagi masih dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...