Jangan lupa buat komen ditiap paragrafnya biar makin cepat up. 🐝
-Happy Reading-
"Bubay para beban negara! Aset negara yang paling berharga ini akan siap bertempur di medan olimpiade!"
Seperti itulah kata terakhir yang disampaikan Isna sebelum ia pergi bersama Ical dan guru pembimbing ke tempat perlombaan olimpiade.
Kalista kadang geleng geleng kepala menanggapi tingkah sahabatnya itu. Baru sekali ia mengikuti olimpiade tapi rasa soknya kebangetan.
Sekarang Kalista duduk sendiri di kelasnya. Di kelas tersebut ada Pak Tedjo yang marah marah layaknya emak emak di pasar karena harga cabai yang naik.
Jika biasanya ia akan tertawa bahkan memuji body Pak Tedjo, berbeda dengan sekarang. Ia hanya dapat menguap berkali kali sambil memainkan pulpennya.
"Bosan banget ya Allah, sebosan menunggu si dia agar peka pada diriku,"
"Kalista!"
Kalista lansung mendongak ketika suara bariton memanggilnya. Ia menatap orang yang ada di depannya kemudian menggaruk belakang kepala. "Ada apa, Pak?"
"Saya lihat dari tadi kamu hanya menguap saja, buat apa kamu begitu?"
"Anu, buat hilangin bosan, Pak."
"Apakah jika kamu melakukan hal seperti itu akan ada gunanya untuk masa depanmu?" tanya Pak Tedjo dengan nada bicara yang terdengar sinis.
Kalista menatap takut pada Pak Tedjo. Nyalinya menciut melihat Pak Tedjo sekarang. Ia butuh dukungan dari Isna saat ini agar ia berani melawan wali kelasnya ini.
"Apa jadinya kamu kalo kerjamu cuma nguap sana sini kayak orang kurang tidur?" tanya Pak Tedjo. "Sana, kamu keluar dulu buat olahraga sebentar biar kamu gak nguap melulu sekalian cuci wajahmu,"
Kalista menurut saja dengan apa yang dikatakan Pak Tedjo. Ia kemudian keluar dari kelas dan berlari lari di tempat sesuai dengan arahan gurunya tadi.
"Satu, dua, tiga, empat." Kalista mulai menghitung berapa banyak langkah yang dihasilkan dari lari kecilnya tadi.
"Woi congor bebek!"
Kalista sedikit kaget ketika seseorang mengejutkannya dari belakang. Ia menghentikan lari kecilnya tadi dan berbalik ke belakang . "Lo lagi?"
Chiko terkekeh lalu ikut berlari kecil di samping Kalista. "Kal, elap keringat gue dong. Gue capek lari di tempat kayak gini."
"Dih, ogah banget gue elap elap keringat lo. Bau busuk kayak ketek monyet," desis Kalista sinis.
Chiko tetap melanjutkan larinya kemudian mengibas ngibaskan tangannya pada wajah sendiri. "Panas banget, Kal. Sepanas omongan tetangga."
Kalista pergi beranjak meninggalkan Chiko. Ia berniat mampir ke kantin dulu untuk minum sebelum ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah.
"Bu Amal, saya minta minumnya ya, haus." izinnya pada bu Amal, si penabung amal penuh berkah alias bu kantin di sekolahnya.
"Nuhun," balas Bu Amal yang tengah mencuci piring.
Kalista mengambil gelas yang tersusun rapi di dapur kantin kemudian mengisinya dengan air putih. "Lega,"
"Bu Amal!"
Kalista melirik sekilas pada orang yang berteriak di ambang pintu kantin. Chiko lagi.
Dengan gaya soknya, Chiko berjalan menuju tempat di mana Kalista dan Bu Amal berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...