Chap 50

3.8K 298 168
                                    

●Komen sebanyak mungkin!●

-Py Reading-


"Bunda,"

Veni yang sedang memasak menoleh ke arah putrinya. "Apa?"

"Kalista mau zirah kemakam ayah, bunda ikut?" tawarnya.

Veni menggeleng lalu menebarkan senyum tipis pada Kalista. "Bunda sibuk banget, beresin rumahlah, cari kerja, dan buanyak lagi. Kalau kamu emang mau pergi ya pergi aja."

Kalista sedikit iba dengan Veni. Ya, memang semenjak kepergia Sigit, Veni terlihat semakin sibuk. Entah itu membereskan rumah, mencari kerja, bahkan kadang Kalista melihat Veni yang terpaksa lembur unuk menjahit.

"Bunda yakin?"

Veni mengangguk. "Kalau kamu takut sendirian, yaudah ajak aja si Awon."

Mengajak Awon? Ah tentu saja tidak. Karena, jika Kalista mengajaknya, Kalista harus membayar Awon. Cih, menambah beban saja.Belum lagi jika Awon melihat cewe glowing, kan bisa berabe urusan Kalista.

Membayangkannya saja sudah membuat Kalista beridik ngeri.

"Ah, gak usah deh Bun," Kalista maju selangkah dan mengambil tangan Veni untuk ia salam. "Kalista berangkat dulu,"

Sesampainya di luar rumah, Kalista berjongkok menunggu ojol yang ia pesan. Kalian pasti tahu bahwa Kalista memiliki motor, namun ia tak memakai benda itu karena motor jametnya sudah dijual untuk uang biaya kuliah Bobi.

Agak nyesek sih, barang kita dijual untuk kepentingan orang lain, tapi apa boleh buat?

"Atas nama Kalista?"

Kalista mendongak memerhatikan ojol yang  di dpannya. "Lah, anaknya Pak Manurioskan? Yang jadi tukang parkir waktu itu," tanya Kalista sembari menodongkan payung pada wajah Gris.

"Hehe, iya neng."

"Kok sekarang jadi tukang ojol sih?"

"Kasian atuh, bapak cari warung mulu karna digusr terus sedangkan saya enak enakkan cuma jadi tukang parkir di warungnya," cengir Gris dan memberikan helm berwarna hijau pada Kalista. "Ayo neng, bentar lagi mau gerimis,"

Kalista menerima pemberian helm itu lalu memakainya.

Selama di perjalanan, mereka berdua selalu berbincangan. Serasa jalan raya milik mereka berdua.

"Udah sampai," tutur Pak Manurios dan menatap sekitar. "Eneng serius mau ke kuburan? Serem atuh,"

"Lebih seram muka abang!" teriak Kalista diakhiri dengan tawa.

Gris menatap Kalista jengkel kemudian menarik hem dari kepala gadis itu dengan paksa. Sehingga Kalista mengaduh kesakitan.

"Sakit, bang."

"Lebih sakit sama kata kata mu tadi," ucap Gris lalu memutar motornya agar  keluar dari pekarangn TPU. "Kalau gitu saya pamit dulu, masih banyak penumpang yang baik hati terus bilang wajah saya ini tampan,"

"Hahaha, terserah deh,"

Sekarang, setelah kepergian Gris, yang terjadi hanyalah hening. Kalista agak sedikit bergidik ngeri karena ia berada sendirian di sini namun mengingat bahwa ini masih siang, jadi ia menepiskan pikiran burusknya itu dengan kata kata bahwa tidak ada setan di siang hari.

Dengan helaan nafas panjang,Kalista berjalan sepanjang gang TPU dengan hati hati, namun langkahnya tiba tiba terhenti tak kala melihat seseorang berjaket hitam di seberang sana."Akhirnya ada orang,"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang