"Jadi, kenapa lo bisa berantem sama Kalista?"
Safi yang baru saja mendudukkan bokong di sofa rumah Ical lansung menatap Ical jengah. "Dia yang deluan, Cal. Massa dia ngatain gue perebut?"
"Terus, lo nampar dia tadi?"
Safi menggeleng cepat, yakali dia memberi tau yang sebenarnya pada Ical. Bisa mampus dia.
"Huft," Ical masih berdiri di tempatnya tadi kemudianberanjak menuju tangga rumah. "Gue ke kamar deluan, ya."
"Hm,"
Kini Ical telah sampai di kamarnya. Ia merebahkan badannya namun sebelum itu ia mencharger ponselnya.
"Kalista, tolol banget sih lo. Kayak tololnya jalan tol."
🐥
"Bjir, berantem mulu lo sama si Ical. Bosen gue ngeliatnya,"
"Support guelah Is, jangan makin dipojokin. gini amat punya temen."
Di seberang sana Isna terkekeh pelan. "Gini aja Kal, gue punya saran buat lo,"
"Apa?"
"Cari cowok lain aja, supaya hidup lo itu gak galau galau mulu. Biar kisah cinta lo itu gak tarik ulur mulu."
Kalista nampak menghayati ucapan Isna barusan. Ada benarnya juga.
"Eh, tapi itu terserah lo juga sih, gue takut ntar lo beneran cari cowok lain malah gagal move on sama si Ical terus nyalahin gue."
"Gue tutup ya, gue mau keluar cari angin,"
"Etdah buset, jangan cari angin cari suami oang aja. Biar hidup lo bermanfaat dikit,"
"Ting sinting!" maki Kalista pada ponselnya setelah itu ia mematikan benda pipih tersebut.
Ia keluar dari kamarnya dan menemui keluarganya yang tengah tertawa bahagia tanpa adanya dirinya. Enak sekali keluarganya tertawa terbahak bahak bagai orang keserupan sedangkan Kalista menangis meratapi nasib.
Tapi, apa hubungannya?
"Yah, Bun, Bang, dan Adek sekalian, saya Kalista Dinatri yang paling imut, paling setia, paling cantik juga, ingin pamit pergi ke luar buat cari angin."
Seketika Awon menyalakan kipas angin dan mendekatkan benda itu pada Kalista. "Gak perlu ke luar, buang buangin tenaga. Nih ada yang transparan,"
Bobi yang tengah tiduran di karpet lansung duduk ikut menimpali pembicaraan ini. "Betul, padahal di kamar lo ada kipas angin, loh."
Kalista menatap tajam kedua saudaranya itu kemudian beralih pada sang ayah yang tengah menyesap kopi sambil membaca berita melalui ponselnya.
Ia duduk di samping Sigit dan bergelayut manja di lengannya. "Ayah, Kalista mau ke luar bentar."
"Udah malam, sekarang udah pukul tengah sepuluh, bahaya anak perempuan keluar jam segini,"
"Bentar aja," pinta Kalista dengan puppy eyes.
Awon menepuk nepuk bahu Bobi lalu menunjuk Kalista. "Lihat bang, bukannya terkesan lucu malah kayak anak babi."
"Terus kalo Kalista anak babi, mamanya siapa?" kini Veni ikut ikutan menimpali.
"Kalista itu anak pungut Bunda. Lihat cuman dia yang beda. Cuma dia yang hobby banget julidin orang."
"Ish, kok kalian semua marah sih kalo gue cuma keluar bentar! Gue tau gue perempuan tapi gue bisa jaga diri!" Tekan Kalista dengan penuh amarah.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...