Hari ini Kalista memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Ia masih dalam keadaan berduka dan sangat lemah karena begadang menunggu keluarganya pulang semalam.
Di dalam kamar tak henti hentinya Kalista menangis. Sedari tadi juga Veni terus membujuk Kalista namun hasilnya nihil.
"Kalista, jangan nangis lagi, yuk makan," entah sudah berapa kali Veni membujuk putrinya ini.
Veni sebenarnya juga bersedih karena keberadaan suaminya yang tak kunjung di temukan. Namun ia harus berpikir, jika ia berdiam diri dalam kesedihan, bagaimana nasib anak anaknya nanti?
Kalista menggeleng dari balik selumut sembari terisak. "Kalista gak mau makan. Kalista gak akan makan!"
Veni menghela nafas panjang kemudian menarik selimut Kalista secara paksa dari tubuh puterinya itu.
"Bunda," tanpa aba aba Kalista memeluk tubuh Veni.
Veni membalas pelukan itu dan mencium puncuk kepala Kalista. "Bunda di sini,"
"Bunda jangan sedih, ya."
"Harusnya kamu yang jangan sedih lagi,"
Kalista menggeleng dalam pelukannya. "Kalista sedih bukan karena Ayah, Kalista udah rela, tapi Kalista sedih karena bunda."
"Kenapa gitu?"
"Kalo ayah udah gak ada, Bunda bakal jagain Bang Bobi, Kalista sama Awon sendirian, Bunda bakal jadi tulang punggung keluarga,"
Veni melepaskan pelukan mereka kemudian memegang kedua bahu Kalista erat. "Bunda aja gak masalah kalau harus jaga kalian, bunda juga gak masalah kalau jadi tulang punggung keluarga. Kamu taukan,kalo Bunda itu kuat sekuat baja?"
"Jangan nangis lagi, ya."
Kalista menghentikan isakan tangisnya. "Ada satu hal lagi yang bikin Kalista takut, Bun"
"Apa?"
"Kalista takut kalau Bunda bakal digodain sama bapak bapak depan komplek. Terus bunda tergoda sama mereka,"
Veni terkekeh geli. "Mana mau bunda sama mereka."
"Kok Kalista gak percaya, ya?"
"Tujuan bunda sekarang adalah buat kalian jadi sukses, Bunda mau nunjukin ke ayah kamu kalau bunda bisa besarin anak anaknya dengan baik,"
Kalista mrekahkan senyum. "Semangat bunda!"
🐥
"Wah, bisa jadi trending gosip gitu, ya."
"Apanya?"
" Si Kalista," Chiko menunjuk sekumpulan perempuan yang ada di pojok kelas mereka. "Tadi gue kesana sekedar bayar uag kas sama si bendahara eh telinga gue gak sengaja dengar mereka ngata ngatain Kalista."
Ical menghela nafas pendek. "Azab dia,"
"Wah parah lo, Cal. Cewek sendiri di azab azab'in,"
Didi menepuk bahu Ical. "Cal,"
"Apa?"
"Keadaan Safi gimana?"
"Lumayan, tapi ya itu belum sadar," balas Ical sekenanya.
"Sekalian aja itu cewe mati. Bikin si Kalista repot aja." celutuk Chiko yang lansung mendapat tatapan tajam dari kedua sahabatnya.
"Buset, gue cuma beropini doang," Chiko menggaruk garuk tengkuk kepalanya yang tak gatal.
"Opini macam apa itu,"
"Ya, gue juga bilang gitu karena gue yakin si Kalista pasti gak sengaja ngelakuinnya. Dan bukannya sebelum itu mereka memang sering berantem? Ya, anehnya mereka berantem di jalan raya semalam." kata Chiko panjang lebar. "Coba deh kalian mikir kayak mana mereka bisa berantem di jalan raya? Dan apa juga penyebabnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/265260614-288-k65106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Novela Juvenil[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...