Chap 32

3K 275 38
                                    

"Ical!" Safi berteriak kegirangan ketika melihat  kehadiran sang sahabat di ambang pintu ruangannya.

Ical menghampiri Safi di atas brangkar, "Gimana?"

"Baik, eh btw tadi si Nena datang ke sini tapi lansung pulang karena mau les biola," adu Safi mengerucukan bibirnya.

Melihat tingkah Safi yang seperti itu tentu saja membuat Ical gemas. Saking gemasnya, ia pun menarik bibir Safi yang dikerucutkan tadi. "Gemoi banget, kayak babi,"

"Ih, sakit goblok," desis  Safi setelah Ical tak menarik bibirnya lagi. "Tadi mama nelpon, katanya dia gak bisa jemput gue buat pulang,"

Hari ini, Safi telah diizinkan pulang oleh pihak rummah sakit karena keadaan Safi mulai membaik. Tadi juga sebelum Ical datang ke rumah sakit, Sonya berkata bahwa ia tak  bisa menjemput Safi karena akan menyiapkan supprise untuk sahabatnya ini.

"Yaudah, lo udah ngeberesin barang barang lo, kan?"

Safi mengangguk antusias. "Hooh, tadi dibantuin sama Nena juga,"

"Kalau gitu mari pulang,"

Selama menempuh perjalanan, tak henti hentinya Safi bercerita. Mulai dari kerinduannya bersekolah sampai bagaimana rasanya bisa bercanda dengan ibu sendiri.

Kini mereka telah sampai di halaman rumah. Safi menghirup udara sebanyak banyaknya sebelum masuk ke dalam kediamannya ini.

Di belakang Safi, Ical mendorong kursi roda dengan sangat antusias. Ia sangat mnantikan bagaimana ekspresi Safi ketika mengetahui supprise yang dipersiapkan oleh orang yang ia sayang.

"Gue kangen banget sama tuh ayunan," kata Safi pada Ical sembari menunjuk ayunan yang berada di pojok taman. "Tapi kayaknya gue gak bisa lagi deh buat naikinnya, soalnya kaki gue gak bisa lagi buat naik ke situ,"

Seketika hati Ical mencelos mendengar penuturan Safi barusan. Apa yang dikatakan Safi memang benar adanya, ia telah lumpuh dan sangat sulit baginya untuk melaksanakan aktivitas sehari hari termasuk menaiki ayunan masa kecil mereka berdua.

Mereka berdua sudah di amabang pintu, tanpa basa basi, Ical lansung membukakan pintu tadi dan mendorong kursi roda Safi agar masuk juga.

"Welcome back!"

Teriakan dari dalam rumah membuat Safi terlonjak kaget. Ia menatap haru kedua orang yang tengah membawa kue ke hadapannya.

"Selamat datang di rumah," ujar Yordan mengecup pipi anak gadisnya singkat.

"Papa kapan balik ke sini?"

"Barusan, terus mama kamu lansung nyuruh buat beres beres, katanya kamu mau balik," balas Yordan.

Kini pandangan Safi teruju pada Sonya. "Makasih, ma ... ma," ujarnya terbata bata.  Entahlah, Safi terlalu canggung memanggil Sonya dengan sebutan seperti itu karena ia tak terbiaa.

"You are welcome," Sonya tersenyum manis kemudian menyodorkan kue yang dibwanya sejak tadi ke hdapan Safi. "Tiup lilinnya,"

"Tapi, Safi enggak ulang tahun,"

Sonya semakin menebarkan senyumannya. "Ini sebagai tanda permintaan maaf mama sama kamu karena sering marahin kamu, mama harap dengan kamu niup lilin dari kue ini, kamu bisa nerima mama jadi mama buat kamu,"

Tangis Safi tak terbendung. Ia merentangkan kedua tangannya guna untuk memeluk kedua orang taunya.

Yordan dan Sonya pun memeluk Safi erat. "Kamu harus kuat, ya. Kita sama sama hadapi penyakit kamu ini,"

Safi hanya mengangguk saja di balik pelukan kedua orang yang ia sayang. Safi tak dapat mendeskripsikan kebahagiaannya sekarang.

Di belakang Safi, Ical masih setia memegang kursi roda. Ia juga merasa senang. "Lo memang berhak bahagia."

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang