Chap 59

5.2K 324 23
                                    

Happy 13k readers!
Terimakasihh untuk kalian.
Luvluvvv banyak banyakk!

-Happy Reading, kalo minta Happy Ending, bakal diturutinn. Hahaha-

Kalista memndangi sekitar halaman warung Pak Manurios. Setelah ia diusir oleh Sonya sewaktu di rumah sakit, hujan deras turun dan mengakibatkan Kalista harus berteduh di sini.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia ingin pulang, namun untuk mencari angkutan umum maupun ojol  sepertinya agak sulit karna keadaan hujan.

"Minum, neng,"

Kalista menatap Pak Manurios kemudian menebarkan senyuman tipis. "Makasih, pak."

Pak Manurios mengambil tempat duduk di samping Kalista. "Harusnya saya lihat gimana kejadin Safi ditabrak,biar saya bisa membersihkan nama kamu yang tercemar."

"Pak, akhir akhir ini kenapa ya saya jadi murah capek gitu padahal gak ngapa ngapain." tanya Kalista berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Kok nanya nya ke saya sih neng? Sayakan tukang warteg bukan dokter." kekeh Pak Manurios. "Oh, ya. Neng juga makin kurus ya terus pucet gitu mukanya. Kamu sakit?" Pak Manurios kembali bertanya serya menempelkan telapak tangannya pada kening Kalista.

Kalista menggeleng. "Enggaklah, Kalista mah kebal!"

Pak Manurios kembali terkekeh kemudian berdiri. "Kalau begitu saya ke dapur dulu ya neng, mau bantu si Gris cuci piring."

"Iya, Pak, silahkan."

Setelah kepergian Pak Manurios, yang ada hanyalah suara denting piring dari beberapa pelanggan yang sedang makan.

"Tring,"

Kalista melirik ponselnya berbunyi. Ada sebuah pesan yang lumayan panjang dan dikirim oleh Isna.

Isna bestaiii

Katanya Safi kecelakaan karena lo, itu beneran?

Kok gue gak percaya sih, Kal?

Kalista, jangan patah semangat my luv luvvv gue tau kebenaran pasti menang.

Eh btw tugas bahasa indonesi lo udah selesai? Bagi dong!!!!!

Saat membaca pesan terakhir, Kalista terkekeh pelan. Random sekali sahabatnya ini setelah menyemangati jangan lupa dengan imbalan.

Kalista menyimpan ponselnya ke dalam tas dan mengambil uang receh dari dalam sana.

Ia beranjak dan mengahampiri Pak Manurios. "Ini pak, kembaliannya ambil aja."

"Ini teh gak punya kembalian,neng. Malah uangnya kurang," tutur Pak Manurios memandangi uang dua ribu Kalista. "Masih hujan loh neng, yakin mau pulang?"

Kalista mengangguk sebagai balasannya. "Iya Pak. Udah jam delapan, saya takut dimarahi sama Bunda."

Pak manurios mangut mangut. Kalista menyalami tangan Pak Manurios kemudian pergi dari warteg itu.

Hujan masih saja belum reda, namun ia tetap memksa pulang.

***

Sedanghkan di lain tempat lebih tepatnya di ruangan Safi, Sony masih saja berteriak teriak tak jelas bagai orang keserupan.

"Anak itu harus dipenjara!"

"Safi udah lumpuh karena dia, emangnya dia gak punya hati apa sampai bikin Safi celaka untuk kesekian kalinya,"

"Pokoknya dia harus dipenjara!"

"Emangnya kalau Kalista dipenjara, apakah itu membuat Safi kembali normal?" Akhirnya Ical angkat bicara juga.

"Inilah pemikiran manusia sekarang makanya hukum di negara kita ini lemah! Kalau Safi memang tidak sembuh, apakah anak itu harus dibebaskan juga?"

Ical menghela nafas pendek. "Dia masih punya masa depan tante, bagaimana masa depannya kalau dia di penjara?"

Sonya menatap tak percaya pada Ical. mengapa pemuda ini berubah? Bukannya dulu dia yang selalu membela Safi?

"Terus, bagaimana juga dengan Safi? Dia juga masih punya masa depan tapi sudah dihancurkan oleh anak itu."

Skakmat, sekrang Ical tak bisa menjawab Sonya. Memang benar juga apa yang dikatakan oleh wanita itu.

"Nak Ical, ada baiknya kamu pulang dulu ke rumah. Sepertinya orang tua kamu sudah menunggumu."

Ical mengalihkan perhatiannya pada Yordan. "Saya mau nemanin Safi,om."

"Nemanin? Kamu itu definisi musuh dibalik selimut. Kamu sebenarnya membela siapa sih? Kalista atau Safi?"

Mengapa jadinya begini? Mengapa Sonya malaah marah marah pada Ical? Ah baiklah kalau begitu lebih baik Ical mengikuti saran Yordan saja. "Saya pamit dulu,om tante."

Kini Ical sudah sampai di parkiran rumah sakit. Ia membuka ponselnya sekedar melihat pesan. Jika dulu, setiap Ical membuka ponsel, pasti nama Chiko lah yang terpampang jelas dengan tujuan meminta tugas namun sekarang berbeda.

"Gue kangen sama lo, Chik."

Sekarang ia membuka roomchatnya dengan Kalista. Sepertinya terhitung semenjak Chiko meninggal, foto profil Kalista menghilang, begitu juga jika Ical mengiriminya pesan selalu saja centang satu.

"Kayaknya dia ngeblok gue."

***

Besok ending, kayaknya dikit doang sih isi endingnya, tapi bakal ada kejutann wkwk.

Ada pesan yang ingin disampaikan?

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang