Berulang kali Kalista berkata inilah, itulah yang membuat Ical jengah mendengarnya.
"Ical, gue gugup banget, sumpah."
"Ical, tangan gue gemetaran,"
"Cal, mama lo galak, gak?"
"Cal, mama lo-"
Ucapan Kalista terpotong kala Ical mengatupkan jari telunjuknya pada bibir Kalista. "Diemlah, yaudah ayo masuk,"
Kalista menggeleng kemudian naik lagi pada motor Ical. "Gimana kalo nyokap dan bokap lo itu physicopat berdarah,"
"Gak akan," balas Ical dan setelahnya menarik tangan Kalista.
Ical menuntun Kalista memasuki rumahnya. Sepanjang jalan, Kalista mengatur kata kata manis dalam pikirannya yang akan ia sampaikan pada sang mertua.
"Ma, Ical pulang," sapa Ical pada rumah besar, walaupun tak sebesar rumah presiden.
Manik mata Kalista menangkap seorang wanita paruh baya yang turun dari tangga rumah itu.
Setelah wanita tadi turun, Ical menyalami tangannya dan Kalista hanya ikut ikutan menyalami juga.
"Ini toh pacar kamu,"
"Iya, Ma,"
Puspa tersenyum girang. "Cantik,"
Kalista malu malu mendengar lontaran metuanya tadi.
"Tasnya cantik, ya, kamu beli dimana?"
Beuh, rasanya Kalista ingin melempar dari sabang sampai merauke nih badan si mama mertua.
"Yaudah, duduk dulu." Puspa mempersilahkan Kalista duduk.
"Papa belum pulang, Ma?" tanya Ical pada sang mama.
"Udah, tapi lagi ke luar. Katanya mau beli rokok."
Kalista merasa canggung sekali. Jika biasanya ia bisa teriak teriak didepan sipapun itu, lain halnya dengan sekarang.
"Yaudah, Ical mau ganti baju dulu, ya Ma," pamit Ical dan ia berlalu menuju kamarnya.
Sekarang, tinggallah Kalista dengan mama mertua.
"Kamu kelas berapa?" tanya Puspa pada Kalista.
Kalista yang tengah menundukkan kepalanya mendongak ketika dilemparkan pertanyaan. "11 IPA 2, tante."
"Oh, sekolah dimana?"
"Satu sekolah juga sama Ical, tan."
Puspa memutar bola matanya. "Iya, nama sekolah kalian itu apa? Itu salah satu pertanyaan mudah, loh."
Kalista menjadi sangat sangat canggung sekarang. "SMA Halilintar 01, tan."
"Good," Puspa mengancungkan jari jempolnya pada Kalista. "Sekolah dengan biaya termurah,"
"Kebalikannya tante," cicit Kalista.
"Loh, suka saya dong, bagi saya uang sekolah kalian itu urah, maklum suami saya CEO terkenal, saya sendiri CEO rebahan."
"Garing, tante." desis Kalista, sepertinya mama mertuanya ini sama seperti Ical, hobby membuat lelucon yang garing.
"Emangnya saya lagi ngelawak? Ada ada aja kamu, ngatain saya garing. Itu tuh wajah kamu yang garing." tunjuk Puspa pada wajah Kalista.
Sudahlah, biarkan saja si tante berujar demikian. Semakin diladeni semakin bertingkat pula rasa ingin membunuh bagi Kalista.
Ical sudah kembali dan ikut mengobrol dengan menantu dan mertua itu. "Ngomongin apanih? kayaknya seru,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Novela Juvenil[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...