Chap 44

2.8K 268 24
                                    

Jangan lupa buat komen biar makin cepat up,🐝.

-Happy Reading-
-Typo tandain ya-

Ical menatap nanar orang yang tengah berbaring di hadapannya saat ini. Sudah lebih dari dua jam ia berada dengan posisi seperti ini.

"Saf, lo harus kuat," gumam Ical lirih sembari mengelus tangan Safi.

"Ceklek,"

Pintu ruangan terbuka namun dihiraukan oleh Ical.

"Cal," Chiko menepuk bahu Ical dan menghela nafas panjang ketika mengetahui apa yang dilakukan sahabatnya itu.

"Jangan ganggu gue Chik,"

"Lo gak bisa kayak gini terus. Jalani aja kehidupan lo." nasehat Chiko sendu.

Ical masih mengelus tangan mulus milik Safi dan tak terasa matanya sudah berkaca kaca. "Tapi kehidupan gue itu adalah Safi dan begitu juga sebaliknya, kehidupan Safi adalah gue,"

"Ck," Chiko berdecak sebal kemudian mengambil kursi lain yang ada di ruangan ini. "Lo salah besar, Cal. Jangan pernah sangkut pautin manusia dalam prioritas hidup lo,"

Ical diam membiarkan Chiko melanjutkan ucapannya.

"Jangan karena hal ini, lo jadi stuck. Masih banyak hal lain yang harus lo jalani. " sambung Chiko yang mendapat tatapan yang sulit diartikan dari Ical.

"Lo gak jadi gue, Chik. Kehidupan lo itu lurus lurus aja tanpa ada masalah. Beda sama gue yang hidupnya bengkok alias masalah bertebaran."

Chiko balik menatap Ical dengan flat. "Setiap manusa pasti punya masalah hidup. Tapi mereka punya cara untuk menyelesaikannya." pungkas Chiko dengan nada suara datar. "Dan, tadi lo bilang hidup gue lurus lurus aja? Lo salah besar, Cal. Gue juga punya masalah hidup tapi gue bisa ngatasin itu. Beda sama lo."

Biarlah kali ini kata kata Chiko terdengar meremehkan Ical. Tapi ia melakukan ini semua demi kebaikan sahabatnya. Ia tak mau Ical terus terusan bersedih dan menunjukkan wajah murung setiap harinya karena Safi.

"Gak ada yang gak mungkin. Lo cuma perlu berdoa dan berusaha biar Safi sembuh."

Ical mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Chiko. "Thanks," ucapnya tulus sembari mengulas senyum tipis.

"Btw, gimana lo sama Kalista? tanya Chiko mencoba mengalihkan topik.

Ical menyerngit mendengar penuturan Chiko. "Gimana apanya?"

"Bukannya lo sama Kalista lagi break, ya."

Sekarang Ical agak was was jika membahas hal ini. PIkirannya dipenuhi jika Chiko sengaja bertanya seperti ini guna memanfaatkan keadaan. "Kalo lo suka sama dia, ya ambil. Gak usah pakai cara ginian."

Mendapat respon Ical yang seperti itu, Chiko terpaksa terkekeh geli. "Gue gak suka sama Kalista. Gue cuma kasihan sama dia karena dia dijadiin kambing hitam,"

"Maksudnya?"

"Cal, lo harus tau bagaimana awal mulanya semua ini terjadi. Lo harusnya dengar penjelaan Kalista dulu. Jangan asal ngomong."

Ical memejamkan matanya sejenak guna menanggapi Chiko yang mulai menjadi jadi. "Chik, semuanya udah jelas. Kalista ngehempas Safi makanya dia jatuh terus ketabrak,"

Chiko menggeleng kuat. "Lo ada saat kejadian itu, harusnya lo tau gimana mereka bisa sampai berantam di jalanan. Apalagi video yang viral di akun sekolah, kayaknya udah dipotong dulu bagian awalnya."

Ical berpikir sejenak. Memang benar apa yang dikatakan oleh Chiko barusan. Tapi mengingat Kalista yang tak pernah merasa bersalah selama adanya kasus ini, membuat Ical sedikit tak yakin. "Chik,"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang