•Follow, vote dan komen.•
-Cukup happy reading kalo happy ending ntar kita bicarakan baik baik-
Akhirnya, setelah menunggu lama, lelaki itu sadar juga. Semua orang yang berada di ruangan menebarkan senyuman hangat padanya.
Yang pertama kali dicari oleh lelaki itu adalah nenek dan pamannya. Setelah menemukan objek yang ia cari, ia tersenyum tipis.
"Chiko, akhirnya kamu sadar, nak." wanita berumur hampir 70 tahunan itu memeluk tubuh cucunya erat. "Hampir seminggu kamu tidur, bikin nenek cemas."
Chiko membalas pelukan neneknya dan mengusap punggung wanita itu. "Jangan nangis atuh, nek. Chiko gak apa apa cuma pusing dikit."
Paman Chiko datang menghadap lelaki jakung itu dan menjitak pelan kepala keponakannya. "Nenek mu nangis terus. Capek saya lihatnya."
Chiko terkekeh kemudian matanya menatap intens pada tiap orang yang berada di ruangan. "Kok ada polisi?"
"Mereka mau nanya kejadian yang sebenarnya pada kamu." balas Paman Chiko. "Ntar kalau kamu ditanyain sama polisi, jawabnya jujur aja. Gak usah sampai terkencing kencing."
Terdengar decakan kecil dari mulut Chiko. "Siapa yang kencing kencing sih?"
"Kan waktu kecil kamu sering nangis sampai terkencing kencing kalau berhadapan sama polisi."
Chiko memutar bola matanya malas kemudian mengadu pada neneknya agar memarahi paman yang sedang mengejek dirinya.
***
Kini Chiko berbaring di brangkar dengan beberapa polisi di hadapannya.
"Dek, apakah kamu terjatuh dari rooftop sekolah karena sengaja?"
Chiko menggeleng.
"Jadi, kamu jatuh karena mempunyai sebab?"
Chiko mengangguk. "Ada sebab ada akibat. Bukan begitu Pak?"
Polisi di hadapan Chiko mengangguk menyetujui. "Jadi, apa sebab kamu terjatuh dari rooftop sekolah?"
"Didorong."
"Siapa yang mendorong?"
"Rean," balas Chiko begitu santainya namun berbeda dengan Pak Polisi yang membulatkan mata terkejut.
"Bagaimana mungkin?"
"Dia mau lecehin teman perempuan saya, Pak. Terus saya hajar dia Pak. Dan, karena saya udah di ujung rooftop akhirnya dia dorong saya begitu aja. Sampai encok nih pinggang saya."
Poliisi menyipitkan mata curiga pada Chiko. "Kamu gak mengada ngadakan?"
Chiko menggeleng. "Emang gitu kok sebenarnya, Pak. Bahkan, hari hari sebelumnya teman perempuan saya itu alias Kalista udah hampir dilecehin juga sama si Rean, Pak."
"Kamu punya bukti atau apapun itu agar menunjukkan bahwa Rean yang bersalah?"
Chiko nampak berpikir sebelum akhirnya ia mengangguk.
"Apa itu?"
"Tuhan," Chiko menjeda ucapannya. "Dia maha melihat. Jadi, apapun yang dilakukan sama manusia pasti dilihat sama Tuhan,"
Jawaban dari Chiko tadi membuat dua polisi yang dihadapannya merotasikan bola mata malas.
Setelah para polisi keluar dari ruangan, Ical dan beberapa teman sekolah Chiko masuk ke dalam.
"Chiko, gue kangen!" heboh Nena namun diabaikan oleh lelaki itu.
Beberapa siswa berdiri mengerumuni Chiko untuk melihat situasi anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...