"Is, lo tau gak, kalau hari ini Ical bakal ngajak gue ketemu sama nyokap dan bokap dia."
Isna yang tengah membaca novel menghentikan aktivitasnya. "Ha?"
"Ha, he, ha, he, plongo plongo aja lo kayak orang ganjen,"
Isna mencebik kesal dan memutar bola matanya kesal. "Lo gak ngarangkan?" tanya Isna.
Kalista menggeleng. "Enggak, dong. akhirnya setelah lima bulan pacaran gue ketemu juga sama mama ipar,"
"Mama ipar pala lo, mertua goblok." desis Isna kemudian beralih lagi membaca novelnya.
"Isna, gue gemetaran banget tau, gak. Bayangin aja gue semalaman mikirin outfit yang bakal gue pakai," ucap Kalista lagi.
"Pakai baju seadanya aja, yang penting tuh attitude,"
Kalista mengangguk. "Ical juga bilang gitu sih, berarti kalo gue telanjang tapi attitude gue baik, gimana dong?"
"Ngomong sama manusia kurang akhlak ya kayak gini," sosor Isna dan setelahnya menampol wajah Kalista dengan novel yang ia baca.
"Sakit, Is." Kalista mengusap usap wajahnya hasil tampolan Isna barusan.
Isna mengacuhkannya.
Sesaat kemudian manik mata Kalista menangkap sejoli yang tengah adu mulut di dekat kantin yang tak jauh dari mereka.
"Is, gue pamit dulu, ya."
"Mau kemana dan mau ngapain?" tanya Isna curiga.
"Latihan telanjang,"
"Goblok! Pergi lo dakjal mata satu!" usir Isna.
Tanpa menunggu lagi, Kalista berjalan menghampiri sejoli itu, baru beberapa hari mereka jadian, sekarang sudah diterpa masalah saja. Siapa lagi jika bukan pasangan bahagia kita, Anggun dan Didi.
Kebetulan keadaan kantin saat ini sedang sepi membuat Kalista kemudahan mencari tempat persembunyian.
Ia bersembunyi dari beberapa kursi yang tak jauh dari sejoli tadi dan mulai memasang kuping sebesar kuping tetangga.
"Jadi, lo pacaran sama gue cuma karna tuh cewek?"
Okey, Kalista mengenali suara itu, suara Anggun.
"Maaf, Gun. Tapi gimana lagi? Ini cara satu satunya biar dia bisa bersatu sama gue."
Kalista juga mengenali suara ini. Ini suara Didi.
"Plak!"
Sekarang Kalista tak tau itu suara siapa.
"Gue mau kita putus!"
"Gak, Gun."
"Gue seakan jadi alat buat lo aja supaya lo bisa dekatin tuh cewek." Anggun mengusap air matanya. "Pergi!"
"Gak" sanggah Didi.
"Kalo gitu gue yang pergi," setelah mengucapkan itu Anggun benar benar pergi.
Kalista yang masih bersembunyi mengelus elus dadanya. "Anjir, kayak sinetron aja mereka, cara putusnya belibet banget, malah pake acara nangis lagi."
"Tapi, mereka cepat banget putusnya. Bahkan tali pusar gue lebih lama putus kebanding hubungan mereka," gumam Kalista lagi.
🐥
"Woi anjing!" Ical berteriak dari pintu kelas berusaha memanggil Chiko yang tengah tertidur di mejanya
Safi yang berada di samping Ical lansung saja mencubit lengan Ical. "Kasar banget sih ngomongnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...