"Ical, mulai besok gue dah bisa sekolah,"
Ical yang tadinya terfokus dengan game akhirnya mengalihkan pandangannya pada Safi yang terduduk manis di atas kursi roda.
"Oh, ya?"
Safi mengangguk antusias. "Hooh, udah dikasi izin sama papa," ujar Safi bersemangat kemudian senyumannya luntur kala dianmelihat keadaannya yang terduduk di atas kursi roda. "Tapi harus pake ini,"
"Huft," Ical menghela nafas pendek. "Ya, enggak apa apa kali."
Kini bola mata Safi sudah berkaca kaca. "Pasti udah gak ada yang mau temanan sama gue, pasti julukan 'most wanted' udah gak disandang sama gue lagi," lirihnya parau.
Ical beranjak berdiri dan memeluk bahu safi dari sisi kanan gadis itu. "Jangan ngomong kayak gitu lagi, lo itu bakal jadi most wanted dimata gue,"
"Gak! Gue udah lumpuh! Gue udah jelek!"
"Siapa yang bilang?"
"Diri gue sendiri," balas Safi lantang.
Ical tetap memeluk tubuh mungil sahabatnya itu. "Kenapa lo gak mau nyemangatin diri sendiri?"
"Karena memang gak ada semangat lagi dalam hidup gue, Lo tau Cal, gue menderita kanker selama belasan tahun dan sekarang gue lumpuh," isak Safi detengah pelukan yang diberikan Ical padanya. "Tuhan jahat banget. Dia seakan gak ngasih harapan buat gue sembuh dari semua penyakit ini."
"Heh," Ical melerai pelukannya dan menatap Safi dalam. "Lo gak nyadar kalo selama ini hidup lo itu udah banyak berubah? Tuhan udah nyatuin lo sama keluarga lo, bahkan tante Sonya dah menyayangi lo dengan sepenuh hati,"
"Gue tau itu, Gue pengen sembuh. Biar gue gak bolak balik ke rumah sakit terus,"
"Safi, syukuri hidup lo selagi lo masih hidup. Karena kalo lo udah meninggal gak ada lagi yang harus lo syukurin. Selain kalo lo bisa masuk surga sih, hehe." cengir Ical diakhir kalimatnya.
"Apasih?"
"Ya udah diam, sekarang sana masuk rumah," bujuk Ical menunjuk pintu rumah Safi.
Safi menggeleng cepat. "Gak mau,"
"Kenapa?"
"Gue kangen sama tante Puspa. Gue mau makan sup ayam buatan tante Pus,"
"Biar apa lo begitu?"
"Biar kenyang!"
"Cih, ngabisin jatah sup ayam buat gue aja lo,"
🐥
Sesuai perkataan Safi kemarin, hari ini ia sudah kembali bersekolah seperti biasanya setelah beberapa hari izin karena sakit.
Safi menggunakan kursi roda yang didorong oleh Ical di belakangnya. "Cal, gue takut."
"Takut kenapa lagi? Takut dibully?"
Safi mengangguk menundukkan kepalanya.
Ical berdecak mendengar ucapan Safi. Ia tetap mendorong kursi roda yang diduduki Safi menuju kelas tak mempedulikan Safi yang merengek agar kembali pulang ke rumah saja.
"Safi!"
Ical dan Safi menatap ke depan, kepada orang yang barusan memanggil Safi.
Nena tersenyum manis kemudian menghampiri kedua sejoli itu. "Akhirnya lo sekolah juga,"
"Iya,"
Pandangan Nena teralihkan pada Ical. "Biar gue aja yang dorong, Cal. Sekalian ada hal yang mau gue omongin sama Safi."

KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...