Kalista menunggu lama di depan rumahnya selama berjam jam. Sedari tadi ia mengetuk pintu rumah namun tak kunjung dibukakan.
Tetangga sebelah Kalista mengatakan bahwa tadi keluarganya pergi. Kalista juga berpikir apakah keluarganya membawa Awon berobat.
Hari semakin gelap ditambah dengan gerimis yang berdatangan membuat Kalista harus terdiam di teras rumahnya."Mereka kemana?" Kalista melirik jam tangannya. "Kok sampai sekarang mereka belom balik, sih. Inikan udah sore banget."
Gerimis yang tadinya berdatangan satu persatu kini datang banyak. Ia merasa kedinginan saat ini. Namun di sela sela kedinginannya sebuah mobil berwarna putih datang dan memasuki halaman rumah Kalista.
Kalista meyakini itu adalah mobil keluarganya. Ia berdiri dari duduknya hendak menyalim Bobi yang barusan keluar dari mobil tersebut.
Tapi sayang Bobi yang barusan sampai di teras rumah lansung menatap Kalista horor.
"Kenapa,bang?"
"Dari mana?" Bukannya mendapat jawaban, Bobi malah bertanya balik.
"Dari rumah sakit, temen gue kecelakaan jadi gue jenguk dia,"
Bobi masih menatap horor pada Kalista membuat Kalista menundukkan kepalanya dalam. "Dan, penyebab teman lo itu kecelakaan karena lo sendiri, kan? Dan lo itu datang ke rumah sakit buat nemuin pacar sialan lo itu dan ngejelasin semuanya ke dia, kan?
"Aban-"
"Apa itu lebih penting Kalista?"
"Iy-"
"APA ITU LEBIH PENTING DARI PADA AYAH YANG JATUH SAMA PESAWAT YANG DI BAWANYA DI ATAS KETINGGIAN SANA, HA?"
Deg, bagai tersambar petir hati Kalista mendadak nyeri setelah mendengar itu.
Untungnya keadaan saat ini tengah hujan deras membuat teriakan Bobi tadi tak mengganggu tetangga sekitar.
"Ban-"
Lagi dan lagi ucapan Kalista disela. Entah mengapa hari ini setiap kata yang akan keluar dari mulut Kalista akan terhenti di tenggorokan karena disela.
"Lo lebih mentingin perasaan pacar lo kebanding ayah lo sendiri?" kali ini nada bicara Bobi terdengar sayu.
Bobi menghela nafas panjang dan menatap Kalista yang menyeka air mata. "Lo itu selalu aja nyusahin! Karena lo si Awon jadi babak belur, karena lo, teman lo itu harus dirawat di rumah sakit. Kenapa hidup lo jadi semenyeramkan ini, Kal?"
"Ban-"
Lansung saja Bobi melempar kunci ruma pada Kalista. "Jaga rumah, gue mau lihat perkembangan tentang pencarian pesawat dan pencarian ayah,"
Kalista mencekal pergelangan Bobi. "Gue ikut,"
Bobi menepis kasar cekalan Kalista tadi. "Enggak perlu. Bukannya yang terpenting itu adalah menjelaskan semua kejadian tadi sore ke Ical?"
Tanpa aba aba Bobi pergi dari hadapan Kalista membawa mobil putih yang dibawanya pulang tadi.
Kalista mematung di tempat. "Kenapa semuanya jadi gini?"
🐥
"Cal, lo udah lihat berita belom?"
Ical menggeleng setelah itu Didi menyodorkan ponselnya ke hadapan Ical. "Pesawat yang dibawa bokap si Kalista itu jatuh, dan di perkirakan jatuhnya itu di daerah perbatasan pulau jawa dan pulau sulawesi,"
Ical mengamati lamat. Dalam hati terdalam, Ical bertanya apakah Kalista sedang menangis saat ini? Tapi ical kembali teringat perlakuan Kalista terhadap apa yang diperbuatnya, dan hal itu membuat Ical seketika jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...