"Tok tok tok,"
"Masuk,"
Setelah mendapat izin dari guru yang berada di kelas, Kalista masuk ke dalam ruangan kelasnya dengan tertatih tatih.
"Kenapa lo? Kepeleset di kamar mandi?" Tanya Isna saat Kalista mendudukkan bokongnya.
"Kepeleset di hati ayang embeb Ical."
Isna mendengus. "Cara ngomongnya sok bucin, kebanding terbalik sama sifatnya."
"Baiklah, sekarang saya mau bertanya, apakah cita cita kalian?" Tanya guru yang berada di depan kelas secara tiba tiba.
Kalista menatap guru yang ada di depan papan tulis tersebut. Mengapa pertanyaannya seperti pertanyaan anak SD?
"Dokter, bu."
"Ustad, bu."
"Sok soan mau jadi ustad lo, nama bapaknya diteriakin aja udah nanges."
"Guru, bu."
"Jadi pemilik semua novel di gramed, bu."
Lihatlah, sekarang kelas itu menjadi sangat ricuh. Guru tersebut mengangkat jari telunjuknya. "Diam,"
Semuanya terdiam. Kini sang guru kembali angkat bicara. "Kalian ini sangat ribut, coba contoh kelas sebelah, meskipun gurunya tidak masuk tapi mereka dapat menjaga ketertiban."
Kelas yang dimaksud oleh guru itu adalah kelas Ical, kelas unggulan.
"Enggak di rumah, enggak di sekolah dibeda bedain mulu hidup gue." gumam Kalista.
"Kalista, apa cita cita kamu?"
Kalista mengedarkan pandangannya, ia menatap guru itu dan teman sekelasnya. "Saya mau jadi dokter bu, sama kayak bunda saya."
Isna menyenggol lengan Kalista dan berbisik. "Emangnya tante Veni dokter, ya? Setau gue dia tuh kang olshop loh,"
"Wah, Bunda kamu dokter juga, ya?" Tanya guru itu.
Kalista menggeleng. "Enggak, bu. Bunda saya katanya juga pengen jadi dokter."
Sontak sekelas tetawa mendengar penuturan Kalista.
"Kamu ngelawak?"
"Saya bukan sule, bu."
"Becanda kamu enggak lucu Kalista."
"Loh, kenapa enggak, bu? Buktinya teman yang lain ketawa kok."
🐥
Kini Ical bersama kedua temannya berada di Kantin bu Ambe.
Sebenarnya nama asli pemilik kantin ini adalah Amalin. Tapi karena kesucian hatinya, dipnggillah pemilik kantin ini dengan sebutan bu Ambe, yang berarti AMal BErkah.
"Cal,"
"Hm?"
"Gue mau nanya sama lo."
"Apa?" Balas Ical masih fokus dengan buku yang ia baca.
"Kenapa nelayan susah susah mencari ikan di laut padahal banyak dijual di pasar."
Didi bertepuk tangan mendengar pertanyaan Chiko tadi. "Good question sob,"
Ical mengalihkan perhatiannya pada Chiko. "Salah itu."
"Apanya yang salah?" Tanya chiko lagi.
"Otak lo."
Kemudian Ical dan Didi tertawa terbahak bahak. Dalam satu hari ini sudah dua kali ia ditertawakan oleh teman sendiri.
"Pengen kelihatan pintar, tapi ujung ujungnya malu." celutuk Didi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...