Chap 7

3.7K 397 4
                                    

"Ical!"

Ical mengedarkan pandangannya ke penjuru sekolah guna mencari orang yang barusan memanggil namanya.

"Ical!"

Nama Ical dipanggil untuk kedua kalinya.

Suasana lapangan sekolah saat ini sangat ramai karena sebentar lagi upacara akan dimulai dan, hal itu juga yang membuat Ical kesusahan untuk mencari orang yang memanggilnya tadi.

"Awh,"
Ringis seorang gadis tak jauh dari tempat Ical berdiri. Kalista, rupanya.

"Lo, gak apa apa?" Tanya Ical sembari menolong Kalista berdiri.

Kalista mencebik kesal. "Lo sih, dari tadi gue panggil enggak nyahut sama sekali,"

"Oh, jadi yang manggil gue dari tadi itu, elo?"

"Enggak! Malaikat ma ma martin!"

Ical terkekeh kemudian mendudukkan Kalista di salah satu kursi yang ada di sekitar lapangan.

"Sakit, ya?" Ical menyentuh lutut Kalista yang memar.

"Sakit sih iya, tapi lebih sakit pas lihat doi jalan sama cewek lain,"

Ical mengusap usap lutut Kalista. "Lo sih, udah tau bentar lagi upacara bukannya siap siap di barisan malah bertamu."

"Gue mau ngomong," cetus Kalista melipat tangan pada dada.

"Apa?"

"Gue mau putus," ujar Kalista namun beberapa saat kemudian Safi bersama kedua dayang dayangnya duduk di kursi seberang yang tak jauh dari tempat Kalista dan Ical.

"Keknya si titisan mak lampir mau nguping, deh." kata Kalista dalam hati.

"Ke ... kenapa putus?" Tanya Ical terbata bata.

Terbesit ide dalam pikiran Kalista kemudian ini bersmirk sombong. "Gue mau sama Dilan!"

"Wah, mimpinya kegedean,"

"Dilan yang jadi Iqbal Ramadhan itu gak sih?"

"Akhirnya saingan lo kalah, Saf."

Dan banyak lagi gosipan ria yang ditangkap oleh indra pedengaran Kalista.

"Tap ..." ucapan Ical terpotong.

"Dilanjutin nikah sama kamu,"

Ical yang tadi mukanya masam lansung merekah. "Yaudah, tunggu otak lo netral dulu baru kita nikah,"

"Gila, gue mau uwu uwu depan mak lampir malah lo kacauin!"

"Lo sih, gue dah takut tadi,"

"Lo takut kehilangan gue?" tanya Kalista dengan pipi yang memerah.

Di seberang sana Safi dikipasi oleh kedua dayang dayangnya. Wajah Safi sungguh merah, bukan karena baper melainkan menahan amarah.

"Kring!"
Bel sekolah berbunyi pertanda upacara akan dimulai.

"Sana, pergi ke barisan lo."

🐥

"Krauk krauk,"
Bunyi keripik singkong milik Chiko membuat Ical tak fokus belajar.

Sekarang kelas Ical mengadakan penilitian di luar kelas. Mereka meneliti berbagai jenis tumbuhan di pekarangan sekolah.

"Makannya bisa nanti, kan?"

"Halah, bilang aja lo juga mau Cal, tapi gengsi karna orang kaya minta minta sama orang yang lebih kaya," Chiko tercengir lebar.

"Chik, kita tuh cuma numpang nama doang di kelompok Ical, apa salahnya kita bantuin dia." tegur Didi yang tengah memotret beberapa tumbuhan menggunakan kamera ponsel.

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang