Chap 38

2.9K 276 72
                                    

Komen ditiap paragraf biar makin cepat up.🐝

-Happy Reading-

Sudah tiga hari lebih Kalista berjauhan dengan Ical, sesuai dengan permintaan lelaki itu.

Jika mereka bertemu ataupun berpapasan pasti salah satu diantara mereka berlalu begitu saja.

Selama tiga hari ini juga Kalista tiada hentinya direcoki oleh Chiko. Chiko selalu saja membuatnya kesal.

"Chik, pergi dari hadapan gue," gerutu Kalista saat melihat Chiko yang duduk anteng di depannya.

Chiko menggeleng kemudian menyeruput teh botol yang ia genggam sedari tadi.

"Chiko meja yang lain masih banyak  kosong," ujar Kalista menunjuk beberapa meja kantin yang belum terisi. "Lo duduk di sana aja,"

"Hati gue juga kosong, gimana kalo lo duduk di hati gue aja?"

Dengan kesabaran yang tersisa, Kalista mencoba bersabar dengan sifat menyebalkan Chiko ini. Bagi Kalista, Chiko adalah manusia yang kurang belaian sehingga menjadi makhluk bucin yang cringe.

"Hai, gaes!"

Ditengah tengah menahan kesabaran, tiba tiba saja Isna datang dengan beberapa kertas ditangannya.

Kalista yakini bahwa kertas yang dibawa oleh Isna adalah soal soal matemtika seperti yang biasa dibawa oleh Isna.

Isna mengambil tempat duduk di samping Chiko kemudian menunjukkan benda yang ia bawa tadi. "Besok gue bakal olimpiade,"

Isna mengucapkan kata itu dengan mata yang berbinar binar, dari matanya terpancar kebahagiaan.

Kalista merebut kertas yang dipegang Isna tadi dan membacanya. "Omaygad!" teriaknya.

"Kenapa, lo?"

"Ini  tulisannya apa? Gue gak bisa baca,"

Chiko dan Isna kompak menghela nafasnya kemudian melempar tatapan tajam pada Kalista.

"Temen lo noh Is," tutur Chiko menyenggol lengan Isna yang berada di sampingnya.

Isna menggeleng kemudian menyenggol lengan Chiko lagi. "Bukan temen gue, sumpah."

Kalista yang merasa dirinya dipojokkan oleh kedua manusia di hadapannya ini mencebik kesal. "Lo berdua gak punya hati,ntar kalo gue udah glow up baru deh diakuin jadi temennya,"

"Udah deh, gak usah glow up glow up segala, intinya tuh sekarang lo berdua doain gue supaya bisa menang. Kalo gue menang gue bakal traktir kalian," sela Isna.

"Terus kalo kalah?" Chiko menyahuti.

"Gue bakal depresi,"

Seketika mata Kalista berbinar mendengar ucapan Isna tadi. "Kalo gitu gue bakal doain supaya lo kalah aja deh, biar lo depresi terus lo meninggal habis itu populasi manusia tolol berkurang, deh."

"Dih, gak ngaca kalo diri sendiri lebih tolol," cibir Isna dengan nada sombongnya.

"Terus kalo Kalista tolol, gue apa dong?"

Isna mengalihkan pandangannya pada Chiko yang dimana sebelumnya pandangan Isna tertuju pada Kalista. "Manusia kurang asupan empat sehat lima sempurna."

"Cih, mana ada. Gue itu orang kaya, yakali kurang aspuan makanan sehat,"

"Balik lagi sifanya," desis Isna. "Kesombongannya kembali lagi gaes."

"Terkadang kita perlu sombong untuk orang sok, kayak lo." balas Chiko menunjuk Isna dengan jari telunjuknya.

Kalista hanya dapat terkekeh mendengar perdebatan kecil dari kedua manusia di depannya ini. Hingga matanya tak sengaja menangkap sepasang manusia lainnya yang tertawa pulas di meja seberang.

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang