Chap 9

3.4K 344 5
                                    

"Kesehatan dia mulai membaik," ujar dokter berkaca mata yang di hadapan Ical saat  ini. Panggil saja Dokter Rika.

Senyuman Ical mengembang, ditatapnya Safi yang tengah berbaring di brangkar ruangan ini.

"Ini beberapa daftar obat yang wajib diminum oleh Safi," Dokter Rika menyodorkan kertas kecil pada Ical. Kemudian Ical menerimanya.

Dokter Rika beranjak dari kursinya dan melangkah menuju brangkar tempat dimana Safi berada.

Ia menyingkapkan lengan seragam sekolah Safi guna menyuntikkan vitamin.

Sesaat Dokter Rika menghela nafas menatap lengan Safi. "Kenapa lengan kamu luka terus?"

Ical mengadahkan pandangnya pada lengan Safi. Kemudian menatap Safi  horor seakan bertanya 'ini kenapa?'

Safi tercengir lebar berusaha mengelak. "Anu, main perang perangan sama Anggun makai penggaris, terus kena lengan deh,"

Dokter Rika menggeleng. "Jangan bohong Safi, setiap saya ingin memeriksa, badan kamu pasti harus ada luka."

"Tiap hari saya main perang perangan, Dok," elak Safi lagi.

Ical menampol wajah Safi. "Alasan lo ngadi ngadi aja, ya. Mana mungkin tiap hari lo main gituan,"

Safi tak menjawab ia tak memiliki alasan lagi.

"Saya tau kamu berbohong Safitri," ujar Dokter Rika sembari menyuntikkan vitamin.

Ical memeperhatikan reaksi antara dokter dan pasien itu.

"Sudah selesai, cepat sembuh ya cantik," tutur Dokter Rika mengecup pipi Safi singkat.

"Terima kasih dokter baik," balas Safi.

Ical membantu Safi agar berdiri dari brangkar. "Pelan pelan, Saf,"

"Kalo gitu kami balik dulu ya, Dok." pamit Ical pada Dokter Rika.

Dokter Rika mengangguk. "Jangan lupa buat memeriksa kesehatan untuk lusa, ya."

"Iya, Dok."

Kemudian mereka berdua berlalu dari hadapan Dokter Rika. Sepanjang perjalanan menuju parkiran rumah sakit, kedua sejoli  tersebut selalu berceloteh ria.

"Nih," Ical menyodorkan helm bermotif panda. "Mau dipakein lagi, gak?"

Safi mengangguk sebagai balasan. "Iya, helm ini susah banget buat dipake."

"Kalo kata Kalista sih ini helm cuma nurut sama peiliknya doang," sahut Ical sembari memakaikan helm tadi.

Safi mendengus sebal. "Ini helm punya siapa?"

"Kalista," jawab Ical terang terangan. toh, ini helm milik Kalista yang di dapatnya sewaktu bermain di pasar malam dan ada salah satu hiburan dengan cara melempar bola.

"Naik,"

Safi naik pada motor Ical dan motor melaju cepat.

🐥

"Dia tidak perduli sis, tidak perlu posting quetos . Sekarang cucilah piring,"

Kalista yang sedang mengetik di ponselnya mengalihkan pandangannya pada Awon yang bersandar di pintu kamar Kalista dengan tangan yang dilipat di depan dada.

Kalau kata orang sih itu gaya cool tapi bagi Kalista itu semacam gaya rentenir yang siap menerkam.

Kalista mengabaikan ucapan Awon tadi lalu beralih lagi pada ponselnya.

"Kak Kalista, silahkan cuci piring, mereka sudah mengantri untuk dicucikan oleh dirimu," ucap Awon diakhiri dengan senyuman manis.

"Gue lagi galau, Won. Syuh sana,"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang