Tinggalkan jejak berupa vote dan komen.
-Happy Reading-
"Lo mau kemana Chik?" tanya Safi pada Chiko yang turun dari brangkarnya.
"Nyusul Kalista,"
Safi menyerngit lalu menahan pergelangan tangan Chiko. "Lo masih sakit, apalagi udah ada Ical yang ngejar dia,"
Terdengar decakan malas dari mulut Chiko. Ia melepas cekalan Safi secara perlahan. "Lo tau sendirikan gimana hubungan Kalista dan Ical itu gimana? Kalista juga pasti merasa bersalah banget sama gue karna kejadian ini." ujar Chiko sembari melepas infus dari tangannya.
"Chik, please dengerin gue. Kesehatan lo itu lebih penting dari apapun,"
"Yang lebih penting itu Kalista," itulah kata kata trakhir dari Chiko dan segera beranjak keluar ruangan.
Sedangkan di dalam rungan, Safi menatap nyalang ke arah pintu. "Kenapa semuanya Kalista, Kalista, dan Kalista aja. kalau ada gue kenapa harus dia?"
***
Chiko menyusuri tiap koridor dengan teliti. Tujuannya saat ini adalah Kalista. Keadaan rumah sakit sekarang sangat sepi, ya mungkin karena sudah hampir malam.
Merasa kelelahan, ia duduk di salah satu bangku yang ada di sekitarnya. Ia menghirup nafas panjang lalu membuangnya.
Tapi tanpa disangka, perhatiannya teralih pada kamar mandi yang agak ramai. Ia berdiri dan berjalan ke sana.
Matanya terbelak saat telah sampai di sana. Ia sangat tak menyangka dengan apa yang ia lihat.
"Rean anjing!"
Entah kekuatan dari mana, Chiko yang tadinya keletihan tiba tiba berlari ke arah Chiko dan memukul rahang Rean.
"Sh," Rean berdesis karena kesakitan. Sebab pukulan Chiko tadi, pisau yang ia pegang terjatuh begitu saja.
"Kenapa lo berdua diam aja di saat nyawa Kalista udah terancam gini, ha!" teriak Chiko pada Gris dan Ical yang mematung di depan pintu kamar mandi.
"Sini," Chiko menarik tangan Kalista dan menyambunyikan gadis itu di belakangnya.
Ia berjalan ke arah Rean dan kembali membabi buta lelaki jakung itu tanpa ampun.
Sontak, karena kejadian ini, beberapa penghuni rumah sakit yang niatnya ke kamar mandi jadi terhalang karena ingin menonton aapa yang terjadi.
"Chik, udah," Ical berusaha menenangkan Chiko yang masih tak hentinya memukuli Rean.
Berbeda dengan Gris yang membawa Kalista ke dalam dekapannya. Kalista tidak menangis, namun pandangannya hanya kosong, menatap pertengkaran atara Chiko dan Rean.
"Udah hampir tiga kali lo mau lecehin dia di depan mata gue anjing!"
Ical yang berada di belakang Chiko terhenyak mendengar itu. Pantas saja Chiko terlihat begitu ganas kepada Rean.
Rean menunjukkan smirknya. "Emang kenapa? Dulu yang lindungin tuh jalang si anak culun ini," Rean menunjuk Ical membuat Chiko menoleh padanya. "Dan sekarang elo."
"Jangan banyak bacot!"
Kini Rean benar benar kewalahan menghadapi Chiko. Keadaan Rean juga saat ini sangat mengenaskan tapi Chiko tak henti hentinya membabi buta Rean.
Sudah banyak orang yang berusaha menghentikan aksi perkelahian mereka tapi tak urung membuat mereka berhenti.
Kening Rean berdarah. Tepat saat Chiko membenturkan Rean ke dinding bak kamar mandi.
Merasa tak sanggup lagi, Rean mengambil gayung yang ada di kamar mandi dan memukulnya di rahang Chiko. "Sekali gampar kok tepar?"
Emosi Chiko memuncak, Ia hendak melayangkan bogeman lagi pada Ren, namun ia kalah cepat dengan Rean yang lansung mengambil pisau dan menikamnnya tepat di perut Chiko.
Semuanya seakan terhenti.
Orang orang yang tadinya menyoraki agar perkelahian ini dihentikan juga berhenti bersorak.
"Chiko!" teriakan Kalista menggema.
Pandangan Chiko memburam, Ia sempat menoleh pada Kalista yang meneriaki namanya dan setelah itu ia benar benar tak ingat semuanya.
"Polisis datang!" seru suster mengalihkan perhatian mereka.
***
Hari semakin larut, namun pintu ruangan Chiko tak kunjung terbuka. Semua orang menunggu di depan dengan tangis dan doa.
Kalista masih di dalam pelukan Gris. Di sampingnya ada pak Manurios yang juga memeluknya.
"Chiko teh harus selamat, kalau dia gak selamat, yang nemanin nenek siapa?" Kalista menoleh pada wanita tua yang tak henti hentinya menangis.
Hati Kalista mencelos mendengar penuturannya. Seharusnya Chiko tak perlu susah payah membantu Kalista. Biarkan saja ia dilecehkan.
"Ini semua karena lo, bitch." Kalista mengenali orang yang berbicara ini. Siapa lagi jika bukan Safi. "Lo selalu aja memperumuit keadaan."
"Kamu jangan asal ngomong nak, Safi. tegur Pak manurios lembut.
"Enggak kok, gue gak asal ngomong. Emang kenyataannya kan, kalau dia yang bikin masalah makin rumit. Kenapa sih lo selalu sangkut pautin masalah hidup lo sama orang lain? Dulu Ical sekarang Chiko Besok siapa lagi?"
"Mulut kamu ringan banget ya buat ngomong gitu. Udah sesuci apa kamu?" tekan Gris mentap Safi tajam.
"Sesuci kapas," balas Safi santai.
"Bahkan kapas aja malu buat ngungkapin kalau kamu itu suci! Gak usah banyak ngomong. Banyakin pahala aja sana, jangan omongan aja."
Safi menggeram kesal. "Otak kalian udah dicuci sama nih cewek." ujar Safi kemudian mendorong kursi rodanya menuju Ical.
"Dek, jangan didengerin ya, omongan Safi."
Kalista mengangguk. Ia berdiri dan melepas pelukan kedua orang yang memeluknya.
"Kamu mau kemana?"
Kalista mengabaikan pertanyaan itu. ia berjalan menuju tempat nenek dan paman Chiko berada. "Maafin saya, nek." Ia bertekuk lutut di kaki Nenek Chiko.
"Maaf lo gak berguna," desis Safi sinis.
Kalista terisak. "Saya yang salah, hukum saya nek."
Nenek Chiko menatap Kalista sendu. "Hey, dengar ya gadis, kalaupun Tuhan udah berkehendak agar Chiko meninggal. Kita bisa apa? Saya nangis tadi bukan karena menyesali kehendak Tuhan namun saya menangis karena belum bisa memberi kesan baik untuk dia selagi ia sehat. Jadi jangan nagis ya.Jangan merasa bersalah
lagi."Kalista mendongak menatap Nenek Chiko. "Tap-"
"Hai,"
Ucapan Kalista terhenti.
"Kalian?" Ical menatap kedua oang yang ada di depannya dengan cengo.
Bukan hanya Ical, namun semuanya.
Mereka heran dengan kedua orang yang ada di hadapan mereka terutama melihat keadaan si perempuan yang memiliki perut buncit, membuat semuanya menjadi tanda tanya.
"Lo berdua dari mana aja, Gun, Di?"
***
Teman teman, boleh aku minta tolong?
Jadi ini adalah detik detik cerita ending, aku minta tolong dong bantu aku promosi. Hehe.
Oh yaa, buat kalian yang punya tik tok, ayo mampir di akun aku @taestin_gloria. Soalnya aku punya trailer di sana.
See you!
J
angan lupa mampir di lapak sebelah:)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...