Pasti udah tau kewajibannya, iyakan?
-Happy Reading-
-Typo tandain-Kalista!"
Kalista yang awalnya melangkah seketika berhenti. Ia menoleh ke belakang guna menatap orang yang memanggilnya barusan.
Kalista hanya menaikkan alisnya pertanda ia bertanya 'apa' secara tak lansung.
"Lo gila?" Nena menepuk nepuk bahu Kalista berusaha menyadarkan gadis itu, mana tau Kalista tengah dimasuki roh halus.
"Ish, apasih?" Kalista menyingkirrkan lengan Nena yang ada di bahunya.
"Lo mau bunuh diri, ha!"
Kalista memutar bola matanya malas. "Untuk apa gue bunuh diri? Orang gue mau ambil tuh pulpen," ujar Kalista menunjuk uang yang terdapat di ujung rooftop.
"Apalagi buat apa gue bunuh diri? Mending bunuh manusia kayak lo, kan?" sindir Kalista kemudian melanjutkan langkahnya untuk mengambil pulpen tadi. "Mayan, dijual seribu."
Kalista beranjak dari tempatnya dan duduk di lantai rooftop. "Ngapain lo kesini?"
"Tadi gue lihat lo keluar dari kelas terus pergi ke rooftop. Gue mikirnya macem macem karena biasanya gue lihat di cerita wattpad tuh kalo ada cewek yang habis di bully pasti niatnya mau bundir,"
"Goblok," Kalista kembali berdiri dan mengambil tasnya. "Gue mau cabut. Lo ikut?"
Nena menggaruk garuk belakang kepalanya yang tak gatal. "Kok lo sok akrab banget sih sama gue? Padahal baru pas istirahat tadi gue bikin lo dibully,"
"Kalau gak mau ikut ya bilang aja. Gak usah pakai kata kata yang bikin gue enek." Kalista yang hendak melangkah ditahan oleh Nena. "Apa?"
"Gue mau ikut. Sekalian gue mau bilang sesuatu sama lo,"
Terbesit senyuman miring di bibir Kalista. "Udah gue dugong sih, lo bakal minta maaf sama gue karena lo itu-"
"Udah, cepat." Nena lansung menarik lengan Kalista agar turun dari rooftop dan hal itu membuat ucapan Kalista terpotong.
Dan, disinilah mereka berdua sekarang. Di depan pagar sekolah. Tadi mereka berdua meminta izin pada Pak Oji dengan alasan disuruh guru untuk membeli kopi dari kantin luar.
"Buset, alasan kita gak berdamege banget." tutur Nena menghembuskan nafas lega karena bisa keluar dari sekolah.
"Lo baru pertama kali?"
Nena mengangguk. "Kal, gue mau ngomong serius,"
"A.. Pak Manurios!"Kalista yang tadinya ingin bertanya pada Nena seketika mengganti ucapannya ketika melihat Pak Manurios lewat dengan beberapa brosur di tangannya.
"Dari mana, Pak?" tanya Kalista saat ia sudah sampai di hadapan lelaki paruh baya itu.
"Dari rumah,"
"Loh?" Kalista mengalihkan pandang pada setumpuk brosur yang dipegang oleh Pak Manurios. "Bapak nyari anak itu lagi?"
Pak Manurios mengangguk yakin. "Iya, neng. Saya yakin dia pasti ketemu."
"Yaudah, sini saya bantu lagi," kata Kalista mengambil alih brossur brosur tadi.
"Gak sekolah emangnya neng?"
Kalista menggeleng. "Mau bolos dulu biar otak refresh,"
"Gue kayak kenal wajahnya," lirih Nena melihat gambar pada brosur. Ia mengamati lamat sampai akhirnya mengabil ponsel yang tersimpan di saku roknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...