Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 dan Kalista sudah sampai di rumah. Ia diantar ayang embebnya sampai di depan gang saja. Karena ia terburu buru ingin menjemput Safi.
"Manusia paling cantik sebumi tapi boong, udah pulang," sapa Kalista pada penghuni rumah yang tampaknya sepi.
Ia melepas sendal yang ia pakai ke rumah mertuanya tadi dan berjalan menuju ruang keluarga.
Disana anggota keluarganya sudah duduk manja dengan ponsel di tangan masing masing.
Ada Bunda, si CEO penjual online, Bang Bobi si pejuang eldeer, Awon si penggoda mbak inem, dan ada ...
Ayah?
Bola mata Kalista membinar melihat sosok yang dirindukannya selama dua bulan belakangan sudah duduk santai melipat tangan.
"Ayah!"
Kalista lansung menubruk badan Sigit, ayah Kalista.
"Kangen banget, sumpah!"
Sigit membalas pelukan putri satu satunya itu. "Sama, ayah juga kangen."
"Hilih, kangen kangen. Si Kalista mah kangen sama duitnya Ayah aja," cibir Awon masih fokus dengan layar ponselnya.
Kalista melempar bantal yang ada di salah satu sofa di ruangan itu. "Jangan ngomong yang sembarangan! Gue itu real kangen sama Ayah."
"Iyain aja," balas Awon.
Kalista kini menatap ayahnya menggoda. "Ayah bawa oleh oleh apa?"
"Tuh, kan." ujar Awon dan Bobi bersamaan.
"Eh, gue itu minta oleh oleh bukan minta duit," semprot Kalista tak terima pada ucapan kedua saudara laki lakinya tadi.
"Won, beli oleh oleh itu pakai duit, kan?" tanya Bobi pada Awon.
Awon mengangguk mengiyakan. "Hooh, gak mungkin pakai daun."
Kalista mencebik kesal dan menarik tangan ayahnya dari ruangan itu. "Ayo, Yah. Berbincang berdua itu lebih baik," ajak Kalista.
Veni menatap kesal pada Kalista. "Heh, ayah kamu itu baru pulang, kalau kamu mau morotin nanti aja."
Bukannya karena apa sekeluarga mengolok oloki Kalista seperti itu, namun pada kenyataannya Kalista adalah cewek matre jika pada ayahnya saja. Mesti harus digaris bawahi, ayahnya saja.
"Udah, ah sana lo mandi. Bau asem tau gak," usir Bobi.
"Asem asem pala lo, Bang, lo kira gue itu lemon ya?" decak Kalista menatap garang Bobi.
"Serah lo mau ngomong apa." Bobi meletakkan ponselnya di meja. "Kita bakal makan di luar, nih, hehe,"
Saat itu juga bola mata Kalista berbinar, "Yuhuy! Makan sashimi,"
Kalista berlari ke arah kamarnya. "Sashimi, ayam kaming,"
🐥
"Cal, maaf ngerepotin lo, ya."
Ical tersenyum manis, "Gak apa apa,kok."
"Tadi pas gue keluar Chiko udah gak ada. gue udah nelpon dia tapi gak di angkat."
Kini Ical dan Safi menuju perjalanan pulang menuju rumah mereka.
"Gimana keadaan lo?"
Kebetulan jalanan sedang sepi jadi perbincangan mereka dapat terdengar dengan baik.
"Kayak biasanya."
Kini mereka telah sampai di depan rumah Safi. "Gue bangga sama lo, lo masih bisa bertahan walaupun keadaan gak mendukung."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...