Chap 52

3.8K 295 86
                                    

⚠️PERHATIAN UNTUK KALIAN, BACA PENGUMUMAN DI PALING BAWAH YA!

°Py Reading°

"Brak!"

Suara yang begitu nyaring terdengar menimbulkan beberapa siswa yang sedang latihan eskul lansung berkerumun ke arah suara.

Sesampainya di sana mereka terkejut dan menutup mulut tak percaya. Ada juga beberapa siswa yang berteriak ketakutan.

Tak hanya siswa eskul, guru guru yang masih tersisa juga lansung menghampiri tempat itu.

"Cepat panggil ambulan!" teriak Pak Tedjo menyuruh salah satu guru wanita di belakangnya.

Pak Tedjo melirik ke atas rooftop, ia meyakini jika Chiko terjauh dari atas sana. Namun tanpa sengaja matanya menangkap seorang siswi yang tengah menangis di pelukan lelaki.

"Pak Oji, sepertinya ada siswa lain yang masih berada di atas rooftop. Tolong bapak panggilkan," pinta Pak Tedjo lagi kepada Pak Oji, selaku satpam sekolah.

Pak Oji mengangguk dan lansung saja pergi ke arah rooftop diikuti oleh beberapa siswa.

Suara ambulan sudah mulai terdengar, dengan segera  Pak Tedjo menyuruh beberapa siswa dan guru lelaki untuk membopong tubuh Chiko. Sedangkan Pak Tedjo mengikuti Pak Oji yang tadinya ke rooftop.

"Kalian!"

Rean yang tengah mencumbui Kalista seketika berhenti dan berdecak sebal melihat kehadiran orang yang di hadapannya.

"Pengganggu lagi," gumam Rean memutar bola matanya malas.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Pak Tedjo dengan suara yang meninggi.

Kalista terisak. "Pak, tolong."

Sebagian siswa yang mengikuti Pak Oji tadi hanya dapat menggeleng kepala heran. Apakah kali ini Kalista berpura pura lagi? Atau memang benar dia dilecehkan?

Rean mengambil langkah maju menghadap guru dan satpam. "Thank you bapak bapak, karen kalian, saya bisa sampai di sini."

Ya, memang tadi Rean datang ke SMA Halilintar dengan izin Pak Oji maupun Pak Tedjo.

"Dan," Rean menggantungkan ucapannya dan melirik sekilas pada Kalista yang berdiri di belakangnya dengan tangan yang ia genggam.

"Saya akhirnya bisa bertemu dia lagi."

Sekarang semuanya terasa masuk akal bagi mereka. Perlahan Pak Tedjo juga mendekat. "Apa yang kamu lakukan?"

Rean mengedikkan bahunya acuh. "Gak tau,"

Mata Pak Tedjo beralih pada Kalista. "Apa yang kalian lakukan di sini, dan apakah ada hubungannya dengan Chiko?"

Seketika tangis Kalista pecah ketika mengingat Chiko. "Sa ... saya,"

Entah mengapa bibir Kalista terlalu kelu untuk melanjutkan ucapannya.

"Saya duga Pak, kayaknya si Kalista lagi anu anu ama tuh cogan, terus Chiko gak sengaja datang. Karena merasa terganggu karena kehadiran Chiko, akhirnya Kalista dan cogan itu lempar Chiko ke bawah." lontar salah satu siswi berseragam cheeleders.

Kalista menggeleng. "Bu ... kan."

Lagi dan lagi Kalista terlalu sulit untuk melanjutkan ucapannya.

"Halah, ngaku aja Kal. Image lo itu udah buruk banget di sekolah,"

"Iya, dulu Safi sekarang Chiko. Kalau lo mau senang senang ya jangan jatuhin oranglah!"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang