Chap 25

2.8K 274 24
                                    

"Pak, pesan orange juice segelas ya," pinta Ical pada penjual. Namun setelah mengetahui siapa penjualnya, Ical terpelongo. "Pak ngeselin?"

"Pak Manurios," balas Pak Manurios memperbaiki nama yang disebutkan Ical tadi.

"Kayaknya warteg bapak ada di mana mana, ya."

"Digusur mulu, atuh." cengir Pak Manurios. "Pesan apa tadi?"

"Orange juice tapi gak pakai jeruk, ya Pak,"

Pak Manurios menatap Ical jengah. "Mau ditampol?"

Dengan cengiran Ical menggeleng. "Canda Pak. Yaudah saya pesan orange juice yang pake jeruk,"

"Sip," balas Pak Manurios setelahnya berlalu menuju dapur.

Sedangkan Ical duduk manis di bangku seraya membuka ponselnya. Ia mengirim chat pada Didi agar menunggunya yang sebentar lagi pulang.

"Nih, silahkan diminum selagi dingin." ujar pak Manurios tiba tiba menyodorkan segelas orange juice pada Ical.

"Tanpa diminum nih jus tetap bakal dingin, Pak,"

"Iya, sama kayak kisah mas Iqbal dan mbak Acha. Iqbal tetap dingin walaupun dirayu sama Acha. Duh, ingat kisahnya jadi pengen gigit tuh telinganya si Iqbal," curhat Pak Manurios dan lansung mengambil tempat duduk di hadapan Ical.

"Aing teh mana peduli,"

"Bahasanya jangan dicampur campur atuh,"

"Teserah bapak, deh," final Ical. Dia sudah malas meladeni penjual sengklek yang di hadapannya saat ini.

Namun tiba tiba Pak Manurios melempar selembar tissue pada Ical.

"Apa lagi, Pak?"

Pak Manurios menunjuk ke depan, ke arah jalan raya. "Ada yang lagi gelut, tapi bukan belut."

Ical mengikuti arah tunjuk Pak Manurios. Ia memperhatikan lebih jelas, sepertinya ia kenal dengan kedua orang yang tengah bertengkar di jalan raya yang ditunjuk Pak Manurios.

"Saya kayak kenal sama salah satu dari mereka," ujar Pak Manuris mengetuk hidungnya. "Ah, iya! Dia itu mbak Kalista, manusia yang mau dengar curhatan saya."

Tanpa aba aba, Pak Manurios keluar dari warung meninggalkan Ical dan beberapa pelanggannya.

Melihat Pak manurios yang beranjak, ia pun ikut keluar. Dari kejauhan, dapat ia lihat Kalista yang menyentak Safi secara kasar ke aspal.

Ia berniat melerai pertengkaran ini,tapi sayang, nasib berkata lain. Saat ia ingin menyebrang saat itu pula sebuah mobil berwarna hitam menabrak tubuh Safi.

"Saf ... "

Beberapa orang banyak lansung mengerumuni Safi dan beberapa orang lagi mengrumuni si supir tadi.

Ical menerobos kerumunan itu dan tanpa menunggu lagi ia membopong tubuh Safi pada mobil yang ia bawa sewaktu ke indomaret tadi.

Sedangkan di lain tempat Kalista mengusir anak anak nakal yang mengganggu adiknya tadi. Ia memeluk adiknya erat dan tak memedulikan sekitar. "Dek, lo gak apa apa?"

Awon mengangguk kemudian menunjuk motor Kalista. "Kita pulang, ya Kak. Kepala Awon sakit,"

Dengan air mata yang masih membasahi pipi Kalista, ia mengangguk dan merangkul adiknya menuju motor. "Sebentar lagi kita bakal nyampe,"

🐥

Di rumah sakit Ical tak henti hentinya berdoa meminta pertolongan pada Tuhan.

"Cal,"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang