Dah tau kewajibannya'kan?
-Happy Reading-
-Typo Tandain-"Jadi kita bakal ke rumah sakit?" tanya Kalista sedikit ragu setelah ia sampai di rumah Nena bersama Pak Manurios.
"Iya, biar Pak Manurios juga bisa ketemu Safi sekalian."
Kalista menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia sedikit ragu dengan misi mereka kali ini.
"Neng," Pak Manurios membuyarkan Kalista yang sedang berpikir.
"Ah, iya Pak?"
"Kenapa, neng?"
Kalista kembali berlarut dalam pikirannya. Kemudian menggeleng lemah. "Ah, enggak Pak."
"Yaudah, tunggu apalagi? Ayo!" Seru Nena mengajak Pak Manurios dan Kalista agar masuk ke dalam mobilnya.
Kini mereka telah berada di parkiran rumah sakit, tempat dimana Safi dirawat. Mereka berjalan beriringan di sepanjang lorong. Tadi, Pak Manurios meminta izin agar ke toilet terlebih dahulu untuk membuang air kecil.
"Kalista," Nena memanggil Kalista saat mereka telah sampai di depan pintu ruangan Safi.
"Apa?"
"Huft," Nena menghela nafas pendek sebelum berbicara. "Kalo gue punya salah, gue minta maaf ya. Anggap aja gue nolong lo kali ini untuk perminta maafan gue,"
Alis Kalista bertaut. Ia sedikit bingung dengan apa yang dikatakan Nena. "Maksud lo?"
Nena tersenyum kecut kemudian menggeleng. "Udah, jangan dipikirin. Ayo masuk," kata Nena membukakan knop pintu ruangan itu.
Hal pertama yang didapati oleh Kalista saat ini adalah ruangan yang sangat besar. Ia berpikir bahwa ini adalah ruangan VIP.
"Safi!" itu suara Nena yang memanggil Safi yang berada di brangkar rumah sakit bersama dengan Didi di sampingnya.
Nena berlari ke arah Safi meninggalkan Kalista di ambang pintu. Ah, melihat Nena yang berpelukan dengan Safi, tiba tiba saja ia rindu dengan Isna.
Saat berpelukan tak sengaja mata Kalista bertemu dengan Safi membuat tanda tanya dalam benak gadis itu.
Safi melepaskan pelukannya dan menunjuk Kalista yang berada di ambang pintu.
"Ah, itu. Dia mau-"
"Tok, tok, tok,"
Ucapan Nena terpotong kala Pak Manurios masuk ke dalam ruangan dengan mengetuk pintu.
Sekarang Safi benar benar bingung. Ia menyenggol lengan Nena agar segera memberitahu ucapannya yang terpotong tadi.
Pak Manurios yang baru saja masuk lansung berbisik pada Kalista seolah menanyakan apakah Safi yang berada di atas brangkar itu adalah anak yang ia cari selama ini. Respon Kalista hanya mengangguk.
Setelah mendapat jawaban dari Kalista, tanpa aba aba Pak Manurios lansung berlari ke arah brangkar Safi dan memeluk erat gadis itu, sama seperti yang dilakukan Nena padanya tadi.
Tiga orang lainnya, Kalista, Nena maupun Chiko hanya dapat mematung memerhatikan reaksi kedua orang itu.
Safi yang berada dalam pelukan Pak Manurios hanya dapat diam dan pertanyaan selalu muncul di benaknya.
Pak Manurios melepaskan pelukannya dan menatap Safi lekat. "Kamu sangat mirip dengan ibumu," tutur Pak Manurios tulus.
Seketika bola mata Safi melebar. Ia meneguk salivannya kemudian menatap Nena.
![](https://img.wattpad.com/cover/265260614-288-k65106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...