Chap 30

3.2K 286 23
                                    

"Woi masih punya muka buat sekolah, hah?"

Kalista memekakan telinganya saat mendengar beberapa cemooh dari teman sekolahnya. Saat ia sampai di sekolah, tatapan sinis sudah dilayangkan padanya. Namun, ia tak masalah dengan itu semua.
Toh, mereka hanya tau sekedar video yang viral belakangan namun tak tau apa penyebabnya.

"Kalista!" Isna bereriak dari belakangnya sambil melambaikan tangannya kemudian berlari menuju tempat Kalista berada.

"Gue seneng, lo udah sekolah." Isna menggapai tangan Kalista dan memegangnya erat. "Ke kelas bareng hayuk,"

Sepanjang perjalanan Isna tak henti hentinya bercerita tentang bagaimana hari harinya semalam tanpa Kalista. Sedangkan Kalista terkikik geli mendengarnya. Sahabatnya ini alay juga.

"Dih, berani lo nginjakin kaki lo ke sekolah ini setelah apa yang elo lakuin?" ujar seorang perempuan berambut kucir dengan dandanan menor. "Karena lo, sekolah kita kehilangan salah satu siswa pintar. Harusnya elo yang ditabrak bukan dia. Bulan depan dia juga harus ikut olimpiade,"

Kalista memutar bola matanya jengah. Mereka kira Kalista akan diam ketika ia dibully habis habisan, namun nyatanya tidak, Kalista malah mengambil langkah ke depan sampai wajahnya bertemu dengan wajah gadis itu. "Sebelum ngomong harus dianalisa dulu ya cantik. Jangan nanti lo malu karena tuduhan tuduhan gak berguna lo ini,"

Kalista menggapai tangan Isna dan mengajaknya agar melanjutkan perjalan mereka menuju kelas. "Oh iya, manusia kayak dia emang harus dimusnahin karena punya pemikiran sedengkul," Kalista mengucapkan itu juga sebelum berlalu dari hadapan gadis tadi.

Dan semua yang dilakukan oleh Kalista tak luput dari pandangan Ical. Ia berdiri dengan tangannya di saku. "Gue bener bener gak nyangka, Kal."

🐥

Saat ini kelas Kalista nampak ramai bagai pasar tanah abang. Bagaimana tidak? Di kelas ini gurunya behalangan hadir karena anaknya menikah. Alhasil semua yang ada di kelas ini bertingkah seperti binatang yang baru keluar dari kandang.

Sama seperti siswa lainnya, Kalista juga ikut meramaikan situasi kelas dengan berghibah bareng di pojok kelas bersama sekumpulan teman perempuan kelasnya.

"Oh, jadi Safi lansung labrak lo gitu dan dia nyuruh orang buat gebukin adek lo?"

Kalista mengangguk. Sebenarnya Kalista tak menceritakan ini pada siapapun, kecuali, Isna.

"Gue heran deh, sebelum dia kecelakaan, dia sempat dibilang anak haram gitu,"

Kalau yang ini Kalista sama sekali tak tahu.

"Gue gak yakin kalo Kalista yang sebar itu soalnya dia udah jarang banget nimbrung di medsos gosip sekolah, terus lo juga udah jarang juga buat ghibah bareng sama kita,"

Kalista tersenyum senang. Ia kira dia akan dibully oleh teman sekelasnya karena perihal kejadian beberapa hari lalu.

"Kal, lo yang kuat ya,"

"Iya,"

"Kita doain semoga bokap lo cepat ditemukan dan masalah lo sama Safi cepat selesai."

"Hahaha, okei. Eh gue ke toilet benar, ya." pamit Kalista pada teman ghibahnya tadi dan berlalu dari hadapan mereka.

Tentu saja jika ia harus ke kamar mandi, ia harus melewati kelas Ical. Ia bersikap acuh ketika pandangan teman kelas Ical yang menatapnya seolah ia ingin diterkam dari balik jendela.

Sesampainya di kamar mandi ia membuang hajat dan berkaca mengusap air mata ketika mengingat tentang ayahnya.

"Kal,"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang