Chap 51

3.8K 284 135
                                    

●Komen dan Vote●

-Py Reading-

Dua hari setelah kejadian dimana Kalista hampir dilecehkan oleh Rean, kini gadis itu menjadi sangat pendiam, bahkan ketika ada yang mencibirnya, Kalista malah acuh tak acuh saja.

"Kalista my sweety honey, jangan dipikirin terus," tutur Isna yang sedari tadi menatap Kalista jengah. "Lo itu harusnya di rumah dulu biar trauma lo berkuang, dan lo bisa cerita sama tante Veni tentang kejadian ini."

Kalista melirik Isna sekilas kemudian menggeleng lemah. "Sekarang Bunda lagi banyak pikiran, Is. Gue gak tega nambah pikirannya juga."

"Huft," Isna menghela nafas pendek. "Kenapa sih Kal, lo itu selalu nyembunyiin masalah lo dari keluarga dan orang sekitar?"

Kalista mengedikkan bahunya acuh. "Enggak tau," Ia menjeda kalimat. "Kayaknya udah biasa."

Lontaran Kalista barusan membuat Isna memutar bola matanya malas. "Gue gak tau mau bilang apa sama lo. Intinya jangan jadi orang gila karena beban yang numpuk di pikiran lo. Gue bisa kok nampungnya,"

"Thanks," balas Kalista sekenannya. "Gue pamit ke toilet dulu"

"Mau ditemenin?"

Kalista mengangguk membuat Isna berdiri dan segera merangkul lengan Kalista. "Lets go!"

***

"Kasihan banget gue sama dia," gumam Chiko diakhir kalimatnya setelah ia menceritakan kejadian yang dialami kalista kemarin.

"Bener bener emang si Rean. Gak ada kapok kapoknya," lanjut Chiko lagi dengan nada suara yang di dalamnya tergurat emosi.

Ical hanya menyimak setiap apa yang dikatakan oleh Chiko yaang berada di hadapannya. Tiba tiba pikirannya melayang saat Kalista meminta tolong kemarin.

"Kalista cerita, katanya dia mau ziarah ke makam ayahnya, eh si Rean bangsat itu malah mau nyelakain dia," ujar Chiko masih dengan emosi. "Kalo gue ketemu sama Rean, gue pastiin dia bakal lenyap di tangan gue,"

"Kok lo segininya sih Chik karena masalah Kalista? Kan yang trauma si Kalista bukan elo,"

Terdengar helaan nafas dari mulut Chiko. Lo gak akan tau gimana rasanya ngelihat orang yang lo suka hampir dilecehin sama sejenis anjing!" terian Chiko frustasi.

Sedetik kemudian, setelah Chiko sadar dengan apa yang ia ucapkan, Ia lansung membulatkan bola mata.

Sedangkan Ical hanya tersenyum remeh. "Ternyata oh ternyata lo suka sama pacar sahabat sendiri?"

Chiko menggeleng. "Bukan begitu maksud gue."

"Ah, udahlah Chik. Udah dari dulu sih gue duga kalau lo suka sama dia, pantes aja lo selalu marah sama gue kalo gue berlaku jahat sama dia,"

"Buk-"

Tak mau mendengar kata kata Chiko selanjutnya, Ical bergegas keluar kelas, namun sebelum itu ia melempakan tatapan menusuk pada lelaki jakung itu.

Di luar kelas, Ical hanya bisa berjalan tak menentu arah. Sesekali ia tersenggol karena keadaan sekolah yang ramai.

Tak lama kemudian matanya menyipit pada dua gadis yag baru saja keluar dari toilet.

Ia berjalan ke arah gadis gadis itu. "Congratulations,"ucap Ical dengan nada suara sumbang.

Kalista yang diberi ucapan seperti itu menyengit heran. "Lo ngucapin hal ini karena kita dah putus?"

"Ha! WTF! Lo udah putus sama Ical?" Isna mengguncangkan bahu kalista. "Lo kebiasaan banget sih kalo ada work work heboh gak lansung dikabarin!"

"Selamat buat lo yang udah bikin persahabatan gue jadi hancur,"

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang