Nulisnyaa gak mood soalnya banyak tugas:(
Jadi, ini udah ending ya guisy, maaf kalo ga sesuai ekspetasi kalian:(
Oh yaa, maaf lama up:(
:(
Lelaki jakung itu berdiri tepat di hadapan nisan orang yang ia rindukan selama ini. Entah sudah berapa lama ia habiskan waktunya hanya untuk memandangi kuburan yang ditaburi bunga itu, padahal cuaca dalam kondisi tidak baik.
"Chik, harusnya gue yang ada di posisi lo saat ini."
"Harusnya gue yang ada di dalam sana, bukan elo."
Ical menundukkan kepalanya, berusaha menahan air mata yang ingin turun dari pelupuk matanya. "Gue hanya bisa hancurin hati seseorang, beda sama lo yang bisa jadi segalanya."
Air dari langit mulai turun satu persatu sehingga mengenai punggung tangan Ical yang berada pada nisan Chiko. "Kalista koma, katanya dia pengen ketemu elo. Makanya dia ngelakuin hal bodoh."
"Gue pamit pulang," setelahnya Ical bediri dan berlalu meninggalkan makam Chiko.
Dari balik pohon yang berada tak jauh dari sana, lelaki berhodie hitam menghela nafas pendek. "Gue mau bertanggung jawab, tapi gue gak tau caranya. Gue takut kehadiran gue bikin mereka terkejut."
***
"Kalista,"
Safi menggoyangkan tubuh Kalista, berharap gadis itu terbangun. Namun sepertinya usaha yang ia lakukan sia sia. "Sebegitu marahnya kah lo sampe harus pakai acara acara koma segala?"
"Gue gak niat bikin lo kayak gini," ujar Safi di tengah tengah tangisnya.
"Gue tau gue salah, tapi ..." Safi ingin melanjutkan ucapannya tapi bibir terlalu kelu untuk melanjutkan.
"Tapi ..." menghela nafas panjang. "Gue gak tau mau ngapain sekarang."
"Gue cuma mau minta maaf doang, tapi kenapa skenario yang dibuat Tuhan terlalu sulit? Seandainya lo gak lari, pasti gak akan ada hari ini,"
"Masih berani lo nyalahin kakak gue?" Awon berkata seperti itu dengan raut wajah datar dari arah pintu. "Gue tau Kak, lo itu sebenarnya orang baik. Tapi karena ego lo terlalu tinggi buat ngemilikin bang Ical, jadi gini deh."
"Gue minta maaf."
"Lo ingat hari dimana lo dan geng lo itu ngelabrak kakak gue di jalan raya?" Awon menghentikan ucapannya kemudian mengalihkan pandang pada Kalista yang terlelap. "Lo adalah korban, lo sakit secara fisik, tapi kakak gue sakit secara mental."
"Gue minta maaf,"
Awon mengusap matanya karena ada air mata yang keluar sedikit. "Bahkan, ketika dia pengen bantu Pak Manurios buat ketemu sama lo, lo malah marah marah dan caci maki Kak Kalista."
"Gue min-"
"Gue gak butuh maaf dari lo!" teriak Awon membuat Safi terdiam seketika. "Lo kira dengan maaf lo itu semuanya ini bakal kembali kayak dulu? Mau seberapa banyak pun lo minta maaf, kalo Kak Kalista gak mau maafin lo gimana?"
"Okei, gue salah, gue brengsek, gue egois, dan ... gue adalah pemeran antagonis di kehidupan Kalista." Safi mengelap air matanya. "Mungkin Kalista terlalu sulit buat maafin gue."
Safi mengambil tangan Kalista dan menggenggamnya. "Kal, gue pamit ya. kalo lo butuh sesuatu, lo panggil gue aja. Soalnya kamar gue ada di sebelah."
***
"Pak, Gris udah ganteng?"
"Beuh, baru kali ini bapak lihat monyet berubah jadi kecoa."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...